Saat ini investasi sudah menjadi sebuah aktivitas yang dilakukan banyak kalangan, bahkan anak muda sekarang sudah memiliki wawasan luas mengenai hal ini. Salah satu instrumen investasi yang sudah umum diketahui adalah obligasi. Pada artikel kali ini Qoala akan membahas mengenai obligasi, khususnya mengenai cara menghitung obligasi. Hal ini tak terlepas untuk membantu para investor baru yang ingin memperkirakan bagaimana keuntungan yang bisa didapat ketika menyimpan uang mereka dalam bentuk surat utang alias obligasi.

Pengertian Apa Itu Obligasi

Pengertian Apa Itu Obligasi
Sumber foto: Elena_Dig Via Shutterstock

Jika mengacu pada modul Kemdikbud Ekonomi yang disusun oleh Tuni Rahayu, SE., M. Pd., Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh pihak yang berutang kepada yang berpiutang. Sedangkan pengertian dalam buku ‘Pasar Obligasi Indonesia’ yang ditulis Tarmiden Sitorus , Ph.D, obligasi adalah surat berharga yang memiliki jangka waktu menengah dan panjang yang berisi pengakuan utang dari penerbit dan bisa diperjual belikan.

KBBI mencantumkan dua konteks pengertian untuk obligasi, pertama surat pinjaman berbunga dari pemerintah yang sifatnya bisa diperjualbelikan. Kedua surat utang dengan jangka waktu di atas satu tahun dan memiliki bunga tertentu yang dikeluarkan perusahaan dengan maksud mengumpulkan dana dari masyarakat untuk menutup pembiayaan mereka.

Singkatnya kita bisa menyimpulkan bahwa, obligasi adalah surat utang yang dapat diperjualbelikan di mana orang yang membeli akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga nantinya. Surat berharga berjangka waktu ini bisa dikeluarkan oleh pemerinah atau perusahaan untuk membantu pembiayaan.

Biasanya, tercantum tanggal jatuh tempo pembayaran utang beserta bunganya di dalam obligasi. Khusus untuk obligasi, istilah untuk Bunga adalah kupon. Di mana kupon ini wajib diberikan pada pemegang obligasi oleh penerbit untuk menjadi keuntungan si pemegang obligasi. Oleh karena itu, obligasi juga kerap dijadikan instrumen investasi.

Jangka waktu atau tempo obligasi di Indonesia lamanya dari 1 hingga 10 tahun. Oleh sebab itu, obligasi didefinisikan sebagai surat utang jangka menengah panjang. Layaknya instrumen lain, seperti saham dan lainnya, obligasi pun terdaftar dalam bursa efek.

Namun perlu diperhatikan bahwa obligasi dan saham berbeda, walaupun tujuannya hampir sama yaitu sarana yang digunakan perusahaan untuk menarik modal dari masyarakat. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah investor yang memiliki suatu saham mendapatkan hak atas keuntungan perusahaan dan hak suara sesuai besaran saham yang dia miliki. Sementara pemilik obligasi hanya berstatus sebagai pemberi utang.

Ketika suatu perusahaan menerbitkan saham, artinya mereka menjual sebagian kepemilikan mereka atas perusahaan kepada pihak lain. Sementara untuk perusahaan yang menerbitkan obligasi, mereka menerbitkan surat utang yang dapat dibeli.

Pemilik saham yang artinya juga memiliki sebagian hak kepemilikan perusahaan, akan mendapat keuntungan yang berasal dari keuntungan perusahaan yang disebut dengan dividen. Sementara obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan sebagai bentuk peminjaman uang, jadi pemiliknya akan mendapat keuntungan dari bunga yang disebut dengan kupon yang akan dibayarkan bersama pengembalian harga pokok utang. Oleh sebab itu, cara menghitung obligasi pun berbeda dengan saham.

Karakteristik Obligasi

Nah agar kamu lebih memahami mengenai apa itu obligasi maka kamu harus mengetahui bagaimana karakteristik dari surat berharga satu ini. Berikut karakteristik obligasi dilihat dari beberapa aspek:

Jangka Waktu Obligasi

Jangka waktu obligasi di Indonesia umumnya mulai dari 1 hingga 10 tahun. Namun mayoritas jatuh tempo suatu obligasi adalah 5 tahun. Para investor biasanya lebih menyenangi obligasi jangka pendek karena dinilai memiliki tingkat risiko yang lebih kecil.

Nilai Obligasi

Pihak penerbit obligasi perlu memberitahukan informasi terkait jumlah uang yang mereka butuhkan atau istilahnya adalah jumlah emisi obligasi. Besaran jumlah emisi obligasi yang dikeluarkan harus ditentukan sesuai dengan performa perusahaan, aliran arus kas dan besarnya keperluan bisnis.

Jadwal Pembayaran

Penerbit obligasi harus melakukan pembayaran kupon secara berkala sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Periode pembayarannya dapat berbeda-beda tergantung kesepakatan, bisa per tiga semester, per semester atau setiap triwulan sekali.

Principal dan Coupon Rate

Karakteristik obligasi lainnya adalah memiliki Principal rate, yaitu nilai uang yang harus dibayarkan para penerbit obligasi kepada pemegang obligasi saat menginjak waktu jatuh tempo. Nilainya dipengaruhi oleh aspek-aspek seperti redemption value, par value, maturity value atau face value.

Selain Principal rate, ada juga coupon rate, yaitu suatu tingkatan bunga yang harus dikeluarkan oleh para penerbit obligasi untuk dibayarkan pada pemegang obligasi setiap periode yang telah disepakati.

Cara Menghitung Obligasi

Nah sebagai seorang investor tentu saja kamu perlu mengetahui bagaimana cara menghitung obligasi. Kemampuan tersebut penting untuk membuatmu lebih maksimal dalam menghitung keuntungan yang bisa didapat. Berikut cara-caranya:

Cara menghitung obligasi yang dijual pada harga diskonto

Harga atau tingkat Diskonto adalah selisih antara nilai nominal (face value) dengan harga jual obligasi. Pada kondisi tertentu, obligasi yang dijual pada harga diskonto bisa memberi keuntungan lebih banyak bagi para investor.

Biasanya para investor akan menggunakan tingkat diskonto untuk menghitung obligasi ketika Market interest rate (tingkat bunga pasar) lebih tinggi dari coupon rate. Pasalnya, kondisi tersebut akan menjadi berdampak pada harga diskonto, di mana harga jual obligasi akan lebih rendah dari nilai nominal (face value).

Jika menginginkan keuntungan tersebut, kamu perlu menguasai bagaimana cara menghitung obligasi yang dijual pada harga diskonto. Ada 5 tahap yang bisa kamu lakukan dalam cara menghitung obligasi yang dijual pada harga diskonto, yaitu:

1. Cari nilai Diskonto

Seperti definisinya, diskonto adalah selisih antara nilai nominal (face value) dengan harga jual obligasi. Maka kamu bisa menghitung nilai diskonto dengan rumus:

Diskonto = Nilai Nominal – Harga jual obligasi

Nilai nominal adalah nilai obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, sedangkan harga jual harus kamu perhitungkan dulu karena dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku saat penjualan terjadi. Agar lebih memahaminya, kami akan jelaskan cara penggunaan rumus di atas dalam contoh soal obligasi dan jawabannya.

Contoh soal:

Misalnya PT Ingin Jaya Abadi menerbitkan obligasi dengan jangka waktu jatuh tempo dalam 5 tahun sebesar Rp 6.000.000 dan bunga 10% dibayar setiap pertengahan tahun (6 bulan). Jika bunga pasar ketika terjadi penjualan adalah 12%, berapa harga diskonto-nya?

Jawaban:

Dari contoh soal di atas, kamu bisa menarik beberapa kesimpulan, yaitu:

Bunga dibayarkan setiap pertengahan tahun sehingga tingkat bunga nominal di setiap periodenya adalah 6% (di dapat dari 12% dibagi 2).

Jumlah periodenya adalah 10 periode (2 periode x 5 tahun).

Pembayaran bunga per periode adalah Rp 300.000 (Rp 6.000.000 x 5%).

Seperti diketahui bahwa harga jual obligasi adalah selisih antara nilai nominal sekarang dengan nilai sekarang dari pembayaran bunga (coupon payment). Maka cara menghitung nilai diskonto obligasi adalah dengan rumus:

Harga jual obligasi = nilai sekarang pokok obligasi + nilai sekarang bunga.

Pertama kita akan mencari nilai nominal sekarang. Nilai nominal sekarang adalah hasil kali antara nilai nominal obligasi dengan nilai sekarang faktor bunga (present value interest factor alias PVIF). Karena kita belum tathu berapa nilai PVIF, maka kita harus mencarinya dulu dengan rumus:

PVIF = 1 : (1+r)^t

r = tingkat bunga pasar pada setiap periode

t = jumlah periode

PVIF=1 : (1+0,06)^10 = 0,5586

Nah sekarang kita sudah tahu bahwa nilai PVIF adalah 0,05586, maka Nilai nominal sekarang adalah Rp6.000.000 x 0,5586 = Rp3.351.600.

Kedua, kita harus mencari nilai sekarang dari pembayaran bunga. Kamu bisa menghitungnya dengan mengalikan jumlah pembayaran bunga dengan faktor nilai sekarang dari ordinary annuity (present value of ordinary annuity alias PVOA).

Karena kita belum tahu nilai PVOA, maka kita cari dulu dengan rumus:

PVOA + (1 – (1 : (1+r)^t)) : r

PVOA = (1 – (1 : (1+0,06)^10)) : 0,06 = 7,3567

Nah sekarang kamu sudah mendapat nilai PVOA, yaitu 7,360. Untuk mendapatkan nilai sekarang dari bunga, kamu tinggal kalikan jumlah pembayaran bunga dengan PVOA. Maka perhitungannya menjadi:

Rp 300.000 x 7,3567 = Rp2.207.010

Harga jual obligasi = nilai sekarang pokok obligasi + nilai sekarang bunga.

Rp3.351.600+ Rp2.207.010= Rp5.558.610

Sekarang kamu sudah mendapatkan harga jual obligasi, tinggal mencari nilai diskonto. Silakan gunakan rumus di awal tadi:

Diskonto = Nilai Nominal – Harga jual obligasi

Diskonto = Rp6.000.000 – Rp5.558.610 = Rp 441.390,-

2. Menghitung pembayaran bunga pada tiap periode

Pembayaran bunga di setiap periode merupakan jumlah keuntungan yang diterima investor pada tiap periode, tentu saja sebagai investor kamu perlu menguasai cara perhitungannya. Kamu bisa mencari

jumlah pembayaran bunga di tiap periode dengan mengalikan jumlah pembayaran bunga dengan nilai nominal obligasi.

Pembayaran bunga tiap periode = Pembayaran bunga x nilai nominal obligasi

Kita akan menggunakan kembali contoh soal di atas. Pada contoh soal di atas sudah diperlihatkan bagaimana caranya mencari nilai pembayaran bunga, yaitu:

5% (10% : 2 pembayaran per tahun = 5%)

Sedangkan nilai nominal obligasinya adalah Rp6.000.000. Maka bunga yang dibayarkan tiap periodenya adalah

Rp6.000.000 x 0,05 = Rp300.000

3. Hitung beban bunga efektif total pada setiap periode

Obligasi yang dijual pada harga diskonto membuat tingkat bunga pasar pada tanggal penerbitan obligasi menjadi tingkat bunga efektif untuk obligasi. Cara menghitung beban bunga efektif ini, kamu bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif setiap periode

Kembali ke contoh di atas, penerapan dari rumus ini bisa kamu lakukan sebagai berikut:

Nilai sekarang dari obligasi pada saat penerbitannya adalah Rp5.558.610. Nah seperti rumus di atas, untuk mencari beban bunga total kamu tinggal mengalikan nilai sekarang obligasi tersebut dengan tingkat bunga efektif per periode, maka nilainya adalah

Rp5.558.610 x 0,06 = Rp333.516

4. Catat jumlah bunga yang dibayarkan serta amortisasi diskonto

Pada contoh di atas, obligasi yang diterbitkan pada harga diskonto membuat kamu membayar bunga efektif Rp333.516. Namun, jumlah bunga yang akan dibayarkan padamu dan amortisasi diskonto harus dicatat secara terpisah pada laporan keuangan bulanan investor.

Pencatatan bisa dilakukan dengan cara, penulisan beban bunga efektif total yaitu Rp333.516 dilakukan pada kolom debit dan jumlah pembayaran bunga pada investor, yaitu Rp 300.000 pada bagian kas kredit. Sedangkan beban amortisasi diskonto pada periode ini, yaitu Rp333.516 – Rp300.000 = Rp33.516 di tulis pada kolom kredit.

5. Verifikasi nilai sekarang akhir (ending present value) obligasi

Terakhir, kamu harus hitung ulang nilai sekarang dari obligasi tersebut. Cara menghitungnya adalah dengan menambahkan nilai sekarang awal dengan amortisasi.

Nantinya, nilai sekarang akhir obligasi dari periode ini akan dipakai untuk nilai sekarang awal obligasi di periode berikutnya ketika kamu menghitung beban bunga total kembali.

Contoh perhitungan nilai sekarang akhir obligasi adalah, sebagai berikut:

Nilai sekarang awal obligasi untuk periode ini adalah Rp5.558.610

Sementara nilai Amortisasi diskonto pada periode ini adalah Rp33.516

Maka perhitungan nilai sekarang akhir obligasi untuk periode ini adalah

Rp5.558.610 + Rp33.516 = Rp 5.592.126.

Saat kamu akan menghitung beban bunga efektif berikutnya, kamu harus menggunakan Rp 5.592.126 sebagai nilai sekarang awal.

Cara menghitung obligasi yang dijual pada harga premi

Ada 5 tahap juga untuk cara menghitung obligasi yang dijual dengan harga premi. Cara ini bisa diterapkan untuk berbagai jenis obligasi. Kami akan mulai mengulas satu per satu dari lima tahapan tersebut melalui contoh soal obligasi sebagai berikut.

1. Tentukan harga premi obligasi

Ketika nilai bunga pasar lebih rendah dibandingkan dengan bunga nominal, obligasi yang dijual akan menerapkan harga premi. Artinya, obligasi melewati nilai nominal atau nilai pari. Harga premi ini merupakan cara yang kerap digunakan para investor untuk melakukan kompensasi selisih antara bunga nominal dengan bunga pasar.

Agar kamu bisa memahami dengan lebih jelas, yuk simak rumus dan contohnya berikut ini.

Contoh Soal:

PT Ingin Jaya Abadi menerbitkan obligasi dengan jangka waktu jatuh tempo 5 tahun sebesar Rp6.000.000 dan bunga 10% yang dibayar per setengah tahunan (setiap 6 bulan). Karena tingkat bunga pasar saat diterbitkan adalah 8% maka Obligasi diterbitkan pada harga premi. Bagaimana cara menghitung obligasi ini?

Jawaban:

Dari contoh soal di atas, diketahui bahwa harga jual obligasi adalah nilai sekarang dari nilai pokok obligasi ditambah dengan nilai sekarang dari pembayaran bunga. Sementara premi merupakan selisih antara harga jual obligasi dan nilai nominalnya. Cara menghitung obligasi dengan harga premi adalah sebagai berikut:

Bunga dibayarkan tiap setengah tahunan sehingga tingkat bunga pasar pada setiap periode adalah 4% (berasal dari 8% dibagi 2).

Jumlah periode pembayaran bunga adalah 10 (2 periode setahun x 5 tahun).

Jumlah pembayaran bunga per periode adalah Rp300.000 (Rp6.000.000 x 5%).

Perhitungan nilai sekarang dari nilai pokok obligasi bisa dilakukan dengan mengalikan nilai nominal obligasi dengan PVIF.

Karena kita belum tahu PVIF-nya, kita harus mencarinya dulu. Rumusnya sama dengan rumus pada cara menghitung obligasi yang dijual pada harga diskonto yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:

PVIF = 1/(1+r)^t

r = tingkat bunga pasar per periode

t = jumlah periode

PVIF=1/(1+0,04)^10 = 0,6757

Setelah mengetahui PVIF tinggal kalikan dengan nilain nominal obligasi untuk mendapatkan nilai pokok obligasi, jadi perhitungannya adalah sebagai berikut:

Nilai sekarang dari nilai pokok obligasi = Rp6.000.000 x 0,6757 = Rp4.054.200

Setelah mendapatkan nilai sekarang dari nilai pokok obligasi, maka selanjutnya kita harus menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga. Perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pembayaran bunga nominal dengan present value of ordinary annuity atau disingkat (PVOA).

Karena kita belum mengetahui nilai PVOA, maka kita harus mencari dengan rumus mencari PVOA yang sama dengan cara menghitung obligasi yang dijual pada harga diskonto sebelumnya. yaitu:

PVOA = (1 – (1 / (1 + r)^t)) / r

(1 – (1 / (1 + 0,04)^10)) / 0,06 = 0,2643

Rp300.000 x 5,405 = Rp1.621.500

Sekarang tinggal mencari harga jual obligasi yang bisa kamu hitung dengan menambahkan nilai sekarang pokok obligasi dan nilai sekarang bunga. Maka hitungannya menjadi

Rp4.054.200 + Rp1.621.500 = Rp5.675.700

Premi obligasi adalah sebanyak Rp6.000.000 – Rp5.675.700 = Rp324.300

2. hitung pembayaran bunga di setiap periode

Pembayaran bunga di setiap periode adalah jumlah keuntungan yang akan diterima investor pada setiap periode. Cara menghitungnya adalah dengan mengalikan jumlah pembayaran bunga dengan nilai nominal obligasi.

Pada contoh diatas, pembayaran bunga pada setiap periodenya adalah 5%, di dapat dari 10% dibagi dua kali pembayaran per tahun. Sementara itu nilai nominal obligasi adalah Rp6.000.000. Maka bunga yang akan dibayarkan padamu adalah.

Rp6.000.000 x 0,05 = Rp300.000,-

Jadi, keuntungan sebagai investor dari bunga yang dibayarkan setiap periode adalah Rp300.000

3. Cara hitung beban bunga efektif total pada tiap periode

Ketika Obligasi dijual pada harga premi, maka tingkat bunga efektif yang dipakai adalah tingkat bunga pasar pada saat penerbitan dilakukan. Cara menghitungnya adalah dengan rumus:

Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif

Beban ini selalu dihitung untuk setiap periode. Jika mengacu pada contoh di atas, Nilai sekarang obligasi saat surat berharga tersebut diterbitkan adalah Rp4.054.200, maka beban bunga efektifnya menjadi:

Beban bunga total = nilai sekarang obligasi x tingkat bunga efektif per periode

Rp5.675.700 x 0,04 = Rp227.028,-

4. Catat jumlah bunga yang dibayarkan serta amortisasi premi

Ketika obligasi diterbitkan pada harga premi, kamu mesti membayarkan bunga efektif sejumlah Rp227.028. Namun, kamu perlu mencatat jumlah bunga yang dibayarkan pada investor dan amortisasi premi secara terpisah dalam laporan keuangan bulanan.

Pencatatan bisa kamu lakukan sebagai berikut:

Jumlah beban bunga efektif adalah Rp227.028 ditulis pada kolom debit.

Jumlah pembayaran bunga pada investor yaitu sebesar Rp300.000 ditulis pada kolom kas kredit.

Beban amortisasi premi pada periode ini yaitu Rp300.000 – Rp227.028 = Rp72.972 ditulis pada kolom debit.

5. Lakukan verifikasi nilai sekarang akhir obligasi

Tahap terakhir adalah melakukan verifikasi terhadap nilai sekarang akhir obligasi. Kamu bisa melakukannya dengan melihat selisih antara Nilai sekarang awal obligasi di periode ini dengan amortisasi yang dicatat untuk periode ini.

saat kembali menghitung beban bunga total , nilai sekarang akhir obligasi dari periode ini harus kamu gunakan untuk nilai sekarang awal obligasi di periode berikutnya.

Pada contoh di atas, perhitungan bisa dilakukan sebagai berikut:

Nilai sekarang awal obligasi untuk periode ini sebesar Rp5.675.700. Sementara Amortisasi premi pada periode ini sebesar Rp72.972. Maka nilai sekarang akhir obligasi untuk periode ini adalah Rp5.675.700 – Rp72.972 = Rp5.602.725.

Selanjutnya, Rp5.602.725 harus kamu pakai sebagai nilai sekarang awal saat menghitung beban bunga efektif pada periode berikutnya.

Cara menghitung obligasi yang dijual pada harga nominal

Cara menghitung obligasi yang dijual pada harga nominal jauh lebih simpel dari dua cara sebelumnya. Kamu dapat menyelesaikannya hanya dalam tiga langkah sebagai berikut:

1. Ketahui nilai nominal obligasi dan tingkat bunga nominal

Obligasi yang diterbitkan pada harga nominal berarti harga jual surat utang tersebut sama dengan nilai pokok obligasi. Selain itu, imbal hasil dari obligasi alias yield nilainya sama dengan tingkat bunga. Maka dari itu hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencari tahu harga nominal obligasi dan tingkat bunga nominalnya.

Contoh Soal:

PT Ingin Jaya Abadi menerbitkan obligasi bertempo 5 tahun dengan nilai pokok Rp6.000.000 juta, bunga 10% yang dibayarkan per setengah tahun(6 bulan). Tingkat bunga pasar saat itu adalah 10% sehingga obligasi ini diterbitkan pada harga nominal.

Jawaban:

Karena pembayaran Bunga dilakukan tiap per setengah tahun sehingga tingkat bunga nominal menjadi 10% dibagi 2, yaitu 5% dan tingkat bunga pasar juga sama dengan 10%/2, yaitu 5%.

Karena ada 2 periode tiap tahun, maka jumlah periode adalah 10

2. Hitung pembayaran bunga pada tiap periode

Cara menghitung pembayaran bunga di setiap periode untuk obligasi yang diterbitkan pada harga nominal ini sangat mudah. Kamu bisa menghitungnya dengan mengalikan nilai nominal dengan tingkat bunga nominal setiap periode.

Dari contoh di atas kita sudah ketahui bahwa nilai nominal obligasi adalah Rp6.000.000, sementara tingkat bunga nominalnya 5%.

Rp6.000.000 x 0,05 = Rp300.000.

Maka, Bunga yang dibayarkan pada investor tiap periode adalah Rp300.000.

3. Catat beban bunga total

Obligasi yang dijual pada harga nominal juga membuat pencatatan jurnal menjadi cukup sederhana.

Kamu tidak harus menuliskan amortisasi premi ataupun diskonto pada laporan bulanan. Yang perlu dilakukan hanyalah:

Mencatat beban bunga, yaitu Rp300.000 pada kolom debit

Kas sebesar Rp300.000 pada kolom kredit.

Cara hitung obligasi dan bunganya

Selain tiga metode di atas, ada 5 cara menghitung obligasi lainnya. Kelimanya juga bisa kamu terapkan untuk menghitung obligasi syariah atau sukuk.

1. Nominal Yield

Nominal yield merupakan keuntungan berupa bunga kupon tahunan untuk pemegang obligasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nominal Yield adalah sebagai berikut:

Tingkat Kupon = Penghasilan Bunga : Nilai Nominal.

2. Current Yield

Current yield merupakan keuntungan bunga kupon tahunan (nominal Yield) dibagi dengan harga pasar obligasi. Rumus untuk menghitung nilai dari current yield adalah:

Current Yield = Penghasilan Bunga Tahunan (Tingkat kupon) : Harga Pasar Obligasi.

3. Yield to Maturity (YTM)

Yield to maturity (YTM) merupakan tingkat return majemuk yang akan dikembalikan pada investor jika ia menahan obligasi hingga menginjak jatuh tempo.

YTM menjadi ukuran yield yang paling umum digunakan, karena dapat merepresentasikan return dengan tingkat bunga majemuk (compounded rate of return) yang diharapkan para investor. Untuk cara menghitung YTM, bisa kamu lakukan dengan cara sebagai berikut:

YTM = (INT + ((M-PV) / n)) : (M + PV) / 2

Keterangan:

INT = Nilai Kupon

M = Maturity value/nilai pari (par value)

PV = Harga obligasi sekarang

N = jangka waktu jatuh tempo

4. Yield to Call (YTC)

Yield to call adalah variable yield yang didapat dari obligasi yang dapat dibeli kembali. Obligasi seperti ini biasanya memperbolehkan emiten untuk melunasi atau membeli obligasi sebelum masa jatuh tempo.

Rumus yang digunakan untuk menghitung YTC adalah:

YTC = (AI + (CP – MP) / NYC)) / ((CP + MP) / 2)

Keterangan:

MP = Harga Obligasi sekarang

NYC (Number of years to call) = jumlah tahun hingga yield to call terdekat

AI (Annual interest) = pendapatan kupon tiap tahun

CP (Call Price) = call price obligasi

5. Realized Yield

Realized yield adalah tingkat return obligasi yang diharapkan investor. Realized yield ini juga dapat dipakai mengestimasikan tingkat return yang bisa didapat investor menggunakan strategi investasi trading.

Jenis-jenis Obligasi

Jenis-jenis Obligasi
Sumber foto: Andrii Yalanskyi Via Shutterstock

Obligasi dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan beberapa aspek, yaitu dari sisi penerbit, nominal, pembayaran bunga, dan imbal hasil. Berikut penjelasan dari jenis-jenis obligasi.

Berdasarkan Siapa Penerbitnya

Jika dilihat dari siapa penerbitnya, ada 3 jenis obligasi, yaitu:

  • Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
  • Obligasi Pemerintah yang diterbitkan oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri, Obligasi jenis ini biasa diterbitkan setahun sekali, istilahnya adalah Obligasi Negara Ritel (ORI).
  • Obligasi Daerah yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Obligasi ini dikeluarkan dengan tujuan membantu pemerintah daerah untuk melakukan berbagai pembangunan.

Berdasarkan Besar Nilai Nominal

Jika melihat nominal, obligasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Obligasi Konvensional, obligasi jenis ini adalah surat utang yang nominalnya sangat besar, yaitu sekitar Rp 1 miliar per slotnya.
  • Obligasi Ritel, jenis ini dijual dengan nominal yang kecil, seperti 1 juta rupiah.

Berdasarkan Cara Pembayaran Bunga

Apabila melihat pada cara pembayaran bunganya, terdapat 4 jenis obligasi, yaitu:

  • Obligasi Kupon yang merupakan surat utang yang pembayaran bunganya dilakukan secara berkala. Kupon adalah suatu nominal bunga tertentu yang sudah disepakati kedua belah pihak sebelumnya.
  • Zero Coupon Bond merupakan surat utang tanpa bunga, serta tidak perlu dibayarkan secara berkala. Keuntungan investor akan didapatkan melalui selisih harga jual diskonto dengan harga obligasi saat pertama diterbitkan. Obligasi jenis ini umumnya memiliki jangka waktu tempo dari mulai 1 hingga 10 tahun.
  • Obligasi Fixed Coupon (Kupon Tetap) merupakan obligasi yang ditawarkan dengan tingkat suku bunga bernilai tetap hingga waktu jatuh tempo.
  • Obligasi Floating Coupon (Kupon Mengambang) merupakan obligasi yang ditawarkan dengan bunga yang berubah nilainya berdasarkan indeks pasar uang. Pada obligasi ini, terdapat kupon batas minimal yang berlaku sampai waktu jatuh tempo.

Berdasarkan Imbal Hasil

Sementara itu untuk imbal hasilnya, obligasi bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  • Obligasi Konvensional adalah obligasi yang diterbitkan dengan tujuan untuk mengumpulkan dana pinjaman yang akan digunakan sebagai tambahan modal dengan memberikan imbal hasil berupa bunga pada pihak pembeli obligasi (investor) dalam jangka waktu tertentu.
  • Obligasi Syariah adalah obligasi yang diterbitkan untuk memberikan imbal hasil berupa uang sewa yang diklaim menggunakan perhitungan syariah Islam sehingga tidak mengandung unsur riba. Imbal hasil pada obligasi syariah akan diterima investor secara berkala dalam periode yang sudah ditentukan.

Keuntungan Obligasi

Meski keuntungannya tidak sebesar saham, namun obligasi ini dinilai lebih aman. Diantara beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh pemilik obligasi adalah sebagai berikut:

  • Keuntungan berupa kupon atau nisbah secara berkala dari efek yang memiliki sifat utang yang dibeli. Mendapatkan capital gain
  • Tingkat imbal hasil diperhitungkan di depan saat awal invest
  • Tersedia dalam banyak pilihan di pasar sekunder
  • Lebih terjamin keamanannya, terutama untuk jenis obligasi pemerintahan.
  • Obligasi dapat dijadikan jaminan atau agunan untuk melakukan pinjaman ke bank atau membeli saham di bursa efek.

Risiko Obligasi

Tentu saja tidak hanya keuntungan, obligasi juga mengandung beberapa risiko. Diantara risiko dari investasi dalam bentuk obligasi adalah sebagai berikut:

Risiko Likuiditas

Baik obligasi swasta atau pemerintah mengandung risiko likuiditas. Meski jenis obligasi pemerintah lebih aman, namun bukan tidak mungkin surat utang tersebut selalu mudah untuk dijual kembali di pasar sekunder. Pasalnya, cukup jarang investor yang berminat.

Risiko Maturitas

Risiko ini lebih sering terjadi pada obligasi perusahaan, yaitu risiko yang timbul karena masa jatuh tempo obligasi. Semakin lama jangka waktu jatuh temponya semakin tinggi risiko tersebut. Kamu bisa menanggulangi risiko ini dengan meminta maturitas premium, sehingga jangka waktu jatuh temponya lebih pendek.

Risiko Default

Risiko default alias risiko gagal bayar ini hanya terjadi pada obligasi perusahaan, sebab jenis tersebut tidak dijamin pemerintah.

Itulah ulasan lengkap Qoala tentang obligasi alanis surat utang, berikut dengan cara menghitung obligasi yang disertai contoh soal dan jawabannya. Semoga membantu, ya!