Ingin mulai mengalokasikan dana untuk investasi tetapi masih bingung dalam menentukan pilihan instrumen investasi? Apakah saham atau obligasi yang bisa memberikan keuntungan yang lebih?

Baik saham maupun obligasi bisa menjadi pilihan instrumen investasi yang menghasilkan. Akan tetapi, sebaiknya disesuaikan dengan tujuan apakah kamu akan berinvestasi jangka pendek atau jangka panjang. Cari tahu juga perbedaan saham dan obligasi agar lebih yakin dalam menentukan pilihan. Jadi, kamu bisa benar-benar memiliki peluang cuan bahkan di langkah awal investasi.

Yuk mulai dengan membaca artikel Qoala dan pahami perbedaan antara saham dan obligasi, termasuk, risiko, serta kelebihan dan kekurangannya.

Apa Itu Saham dan Obligasi?

Apa Itu Saham dan Obligasi
Sumber Foto: Cagkan Sayin Via Shutterstock

Agar bisa memahami apa saja perbedaan saham dan obligasi, sebaiknya terlebih dahulu melihat perbedaan tersebut dari segi pengertian atau definisi. Apa itu saham? Apa itu obligasi?

Mengenal Apa Itu Saham

Saham merupakan salah satu investasi yang sampai saat ini banyak digemari sehingga menjadi salah satu instrumen investasi populer. Istilah satu ini memang sudah tidak lagi asing di telinga. Namun, apa sebenarnya saham itu? Saham adalah bukti kepemilikan nilai sebuah perusahaan. Kita juga bisa menyebutnya sebagai bukti penyertaan modal.

Pemilik saham mempunyai hak untuk mendapatkan dividen sesuai dengan jumlah saham yang mereka miliki. Saat menjadi pemegang saham, individu maupun badan dapat mengklaim kepemilikan suatu perusahaan terbuka. Dengan kata lain, pemegang saham bisa hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS.

Apabila ingin mencoba peruntungan di dunia investasi dengan memilih saham, kamu harus membeli saham di pasar modal dengan memilih perusahaan atau emiten potensial. Jadi, lebih besar potensi untuk bisa mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut.

Adapun jenis-jenis saham berdasarkan kepemilikannya di antaranya adalah saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Jenis saham juga bisa dilihat dari cara pengalihannya, yaitu saham atas unjuk dan saham atas nama. Sementara untuk jenis saham berdasarkan kinerja perdagangan adalah income stocks, blue chip stocks, speculative stocks, counter cyclical stocks, dan growth stocks.

Mengenal Apa Itu Obligasi

Selain saham, instrumen investasi lain yang tidak kalah populer adalah obligasi. Tidak jarang orang-orang penasaran dengan perbedaan antara keduanya hingga mencari tahu contoh saham dan obligasi agar bisa membedakan keduanya.

Lantas, apa sih sebenarnya obligasi itu? Obligasi adalah surat pengakuan utang atau surat utang yang diterbitkan oleh pihak berhutang kepada pihak piutang. Tentu saja, hal tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian dimana pihak berhutang akan membayar kembali pokok utang dan bunga pada waktu yang disepakati.

Bunga atau kupon inilah yang menjadi keuntungan dari investor yang memilih obligasi. Adapun penerbit obligasi bisa perusahaan atau pemerintahan yang menyediakan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mencoba peruntungan dalam investasi jangka pendek. Tentu saja, obligasi merupakan instrumen investasi yang bisa diperjual-belikan di pasar sekunder.

Jika dilihat berdasarkan penerbit, kamu pasti sudah bisa mengetahui bahwa ada jenis obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Sedangkan jenis obligasi berdasarkan nominal di antaranya adalah obligasi ritel dan obligasi konvensional.

Jenis obligasi juga bisa kita lihat berdasarkan jaminan, yaitu secured bonds dan unsecured bonds. Ternyata, masih banyak jenis obligasi lain seperti jenis obligasi berdasarkan pembayaran bunga, berdasarkan imbal hasil, dan berdasarkan hak penukaran.

Perbedaan Saham dan Obligasi

Meski sama-sama bisa menjadi pilihan instrumen investasi yang menghasilkan, namun terdapat sejumlah perbedaan antara saham dan obligasi. Lantas, apa perbedaan saham dan obligasi? Yuk simak selengkapnya berikut:

1. Masa Berlaku

Masa berlaku saham dan obligasi berbeda, bukan? Jika demikian, itu artinya kita bisa melihat perbedaan antara kedua pilihan investasi tersebut. Pemilik atau pemegang saham masih memiliki hak atas keuntungan dan suara selama perusahaan masih berdiri dengan memberikan bukti kepemilikan saham.

Berbeda dengan obligasi yang memiliki masa berlaku yang tercantum di dalam surat. Artinya, saat kontrak berakhir, berakhir pula masa berlaku kepemilikan obligasi. Oleh karena itu, obligasi sepertinya tidak cocok dijadikan sebagai pilihan investasi jangka panjang.

2. Tingkat Keuntungan

Salah satu perbedaan saham dan obligasi adalah tingkat keuntungan yang akan investor dapatkan. Saat memilih investasi saham, itu artinya kamu akan mendapatkan keuntungan berupa capital gain yang didapat dari selisih harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli. Selain itu, investor juga akan menerima pembagian hasil keuntungan perusahaan yang biasa disebut dengan dividen.

Sementara obligasi memberikan keuntungan berupa kupon yang biasanya nilainya lebih tinggi dari bunga deposito perbankan. Pemegang obligasi bisa memperjualbelikan obligasi mereka di pasar sekunder apabila ingin mendapatkan keuntungan berupa capital gain.

Berbicara tentang perbedaan antara saham dan obligasi pada tingkat keuntungan, mungkin para pemula masih banyak yang belum tahu kalau keuntungan yang bisa investor dapatkan bersifat fluktuatif. Dimana keuntungan tersebut bisa berubah kapanpun tergantung pada keuntungan perusahaan. Lain halnya dengan keuntungan obligasi yang biasanya bersifat tetap atau stabil hingga berakhirnya masa berlaku surat perjanjian.

Oleh sebab itu, obligasi dinilai merupakan pilihan investasi yang tepat bagi mereka yang ingin mendapatkan hasil yang stabil.

3. Fungsi

Secara fungsi, saham dan obligasi tentu berbeda. Saat membeli saham sebuah perusahaan atau emiten, kamu akan memiliki sebagian porsi perusahaan. Sedangkan obligasi adalah tanda bukti pengakuan utang antara penerbit surat dan pemegang surat. Adapun posisi penerbit surat adalah sebagai pemilik utang dan pemegang surat sebagai investor.

Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa saham merupakan bukti sah kepemilikan perusahaan. Sedangkan obligasi adalah bukti piutang. Inilah yang membedakan saham dan obligasi dari segi fungsi.

4. Pajak yang Dikenakan

Selanjutnya, perbedaan saham dan obligasi juga terletak pada pajak yang dikenakan. Saham memberikan hasil berupa dividen, dividen atau keuntungan dari saham adalah jumlah total setelah dipotong pajak. Sedangkan pembayaran obligasi masuk sebagai biaya perusahaan, jadi tidak kena pajak.

Nah, apabila kamu ingin mendapatkan hasil atau return investasi tanpa adanya potongan pajak, sudah tahu kan mana pilihan yang paling tepat?

5. Kebijakan saat Likuidasi

Kebijakan perusahaan saat likuidasi adalah perbedaan lain dari saham dan obligasi. Likuidasi merupakan proses pembubaran perusahaan dan penyelesaian urusan perusahaan termasuk pelunasan hutang, penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, dan pembagian sisa harta kepada pemilik perusahaan.

Baik pemilik utang maupun obligasi akan mendapatkan prioritas apabila perusahaan pailit. Itu artinya, sebagai investor atau pemegang obligasi, kamu akan mendapatkan modal dan bunga sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan. Lalu, bagaimana dengan saham? Investor akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi kepemilikan atas saham perusahaan saat pelunasan likuidasi.

6. Hak Campur Tangan Perusahaan

Perbedaan saham dan obligasi yang tepat adalah hak campur tangan perusahaan. Meski demikian, ada sejumlah perbedaan lain antara kedua instrumen investasi tersebut yang perlu calon investor ketahui dan pahami dengan baik.

Hak investor terhadap perusahaan adalah perbedaan antara saham dan obligasi dalam hal hak campur tangan perusahaan. Pemilik saham mempunyai hak suara untuk menentukan kebijakan perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) karena ia memiliki sebagian porsinya.

Sementara itu, obligasi adalah surat utang sehingga investor tidak memiliki hak apapun atas perusahaan penerbit surat tersebut. Dengan kata lain, kamu sebagai investor tidak bisa ikut campur dalam urusan kebijakan perusahaan.

7. Harga Jual-Beli Surat Berharga

Tahukah kamu kalau harga jual beli surat berharga juga turut membedakan saham dengan obligasi? Biasanya, harga saham dipengaruhi oleh berbagai hal. Jadi, apabila terjadi inflasi, kondisi politik, bahkan gejolak ekonomi, harga saham akan terkena dampak. Karena sangat rentan terhadap perubahan kondisi itulah membuat risiko saham lebih besar.

Di sisi lain, instrumen investasi berupa obligasi selalu menawarkan harga stabil tanpa terpengaruh oleh berbagai kondisi keuangan. Sehingga tingkat risiko kerugian dari obligasi pun tergolong kecil.

Risiko Saham dan Obligasi

Sama-sama merupakan pilihan investasi dan memberikan hasil sesuai porsinya, apa saja risiko saham dan obligasi? Pada umumnya, setiap jenis investasi menawarkan keuntungan. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa keuntungan tersebut sebanding dengan risiko yang bisa terjadi selama berinvestasi.

Nah, berikut adalah risiko dari saham dan obligasi yang juga harus kamu pertimbangkan sebelum memutuskan instrumen investasi mana yang akan dipilih:

Risiko Saham

Saham hadir dengan sejumlah risiko, yaitu:

1. Capital Loss

Siapa bilang kalau hanya ada capital gain pada investasi saham? Nyatanya, saham juga memberikan risiko capital loss atau potensi kerugian. Hal tersebut terjadi pada saat harga jual lebih rendah dari harga beli.

Ada beberapa hal yang membuat investor pada akhirnya menjual saham dengan harga yang lebih rendah, seperti adanya kebutuhan mendesak agar bisa mencairkan dana investasi. Bisa juga karena alasan lain seperti hilangnya kepercayaan pada perusahaan karena performanya yang kian menurun dari waktu ke waktu.

2. Likuiditas Saham

Likuiditas saham juga menjadi risiko yang harus investor waspadai. Saat memasuki dunia investasi saham, kamu harus benar-benar memahami saham mana yang likuid atau mudah diperjual-belikan di pasar saham dan saham mana yang tidak banyak diperdagangkan.

Tingkat likuiditas saham yang rendah akan sangat mengkhawatirkan para investor yang sering melakukan perdagangan dalam waktu pendek. Itulah kenapa kamu harus memikirkan tingkat likuiditas saham sebagai risiko dari investasi tersebut.

3. Tidak Mendapatkan Dividen

Dividen dibagikan kepada pemilik saat apabila perusahaan mendapatkan keuntungan atau menunjukkan performa yang baik. Sayangnya, ada risiko investor tidak akan mendapatkan deviden apabila terjadi penurunan kinerja di perusahaan tempat kamu berinvestasi.

4. Suspensi

Pernah mendengar risiko suspensi pada saham? Risiko ini terjadi apabila jual-beli saham perusahaan diberhentikan karena alasan tertentu. Salah satunya karena terjadi volume transaksi tidak wajar. Bisa juga karena perusahaan telah melanggar ketentuan atau peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Suspensi ada yang bersifat sementara dan ada pula yang berkesinambungan. Suspensi sementara memang tidak begitu mengkhawatirkan, namun investor akan merasa khawatir apabila terjadi suspensi berkepanjangan. Itu artinya, tidak ada kejelasan kapan suspensi akan berakhir sehingga menimbulkan risiko bagi para pemilik saham, di mana mereka tidak dapat menjual saham miliknya tanpa adanya batasan waktu yang jelas.

Risiko Obligasi

Sedangkan risiko obligasi di antaranya adalah:

1. Risiko Gagal Bayar

Apabila perusahaan penerbit obligasi tidak bisa memberikan kupon atau bunga dalam jangka waktu yang disepakati, itu artinya para investor harus berhadapan dengan risiko gagal bayar. Meski demikian, risiko satu ini bisa dihindari apabila kamu berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan oleh pihak pemerintah atau negara.

2. Risiko Suku Bunga

Risiko lain yang harus investor persiapkan adalah risiko suku bunga. Tingkat kupon akan bertambah saat suku bunga dari Bank Indonesia (BI) turun dan sebaliknya.

3. Risiko Pasar

Obligasi juga memiliki risiko pasar yang bisa dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Karena risiko satu ini berkaitan erat dengan capital loss, sudah pasti akan berdampak pada pasar keuangan.

Capital loss dapat terjadi karena adanya perubahan suku bunga, perubahan kondisi ekonomi negara, atau kondisi politik yang tidak stabil.

4. Risiko Peringkat

Risiko peringkat pada obligasi adalah kondisi lingkungan pasar keuangan sangat berpengaruh terhadap nilai investasi sehingga dapat mengubah posisi peringkatnya. Permintaan pasar akan menurun saat terjadi risiko ini sehingga terjadi fluktuasi nilai obligasi.

5. Risiko Reinvestasi

Dalam obligasi, ada juga risiko reinvestasi yang biasanya terjadi saat investor tidak akan menanamkan kembali modalnya di tingkat pengembalian dana yang sama. Hal tersebut sering terjadi saat tingkat permintaan pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai kupon obligasi.

6. Risiko Inflasi atau Daya Beli

Risiko inflasi bisa jadi risiko yang akan kamu temui saat berinvestasi dengan memilih obligasi sebagai instrumen pilihan. Risiko satu terjadi akibat pengaruh daya beli. Daya beli obligasi menurun saat inflasi naik dan sebaliknya. Permintaan di pasar keuangan akan menurun apabila terjadi jumlah pendapatan yang sama.

Kelebihan dan Kekurangan Saham dan Obligasi

Kelebihan dan Kekurangan Saham dan Obligasi
Sumber Foto: Hadayeva Sviatlana Via Shutterstock

Setelah mengetahui perbedaan dan risiko pada investasi saham dan obligasi, kini saatnya mengenal lebih jauh kedua investasi tersebut dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.

Apa saja kelebihan dan kekurangan saham dan obligasi? Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan saham maupun obligasi:

Kelebihan Saham

  1. Tidak memerlukan biaya perawatan
  2. Mengambil keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
  3. Merupakan cara terbaik agar terhindar dari inflasi
  4. Ada diversifikasi saham
  5. Memiliki bagian atas kepemilikan perusahaan
  6. Bisa mendapatkan dividen
  7. Transparansi
  8. Mudah diperjualbelikan
  9. Nilai saham bisa dipantau di manapun
  10. Potensi return berkesinambungan

Kekurangan Saham

  1. Tinggi risiko untuk bisa mendapatkan return yang tinggi
  2. Bersifat fluktuatif
  3. Ada minimal pembelian yaitu 1 lot saham atau 100 lembar saham
  4. Persaingan profesional
  5. Perlu waktu untuk bisa mendapatkan return

Kelebihan Obligasi

  1. Pilihan investasi aman untuk jangka pendek
  2. Keuntungan berupa bunga atau kupon
  3. Keuntungan lebih besar dari deposito
  4. Bisa digunakan sebagai jaminan
  5. Adanya peluang mendapatkan capital gain
  6. Dapat diperjual-belikan

Kekurangan Obligasi

  1. Tidak bisa dicairkan setiap waktu
  2. Berpotensi mengalami kerugian
  3. Tingkat bunga bergantung pada nilai pasar keuangan
  4. Risiko uang tidak kembali

Dengan mengetahui beberapa hal atau poin penting tentang saham dan obligasi, tentu kamu bisa lebih mudah dalam melihat perbedaan saham dan obligasi, bukan? Dengan begitu, nantinya dapat memilih instrumen investasi yang dirasa paling tepat sesuai dengan tujuan, kebutuhan, harapan, dan kemampuan dalam memulai investasi.

Pada dasarnya, setiap jenis atau instrumen investasi itu dapat memberikan hasil. Akan tetapi, apakah investor bisa mendapatkan keuntungan atau tidak tergantung dari cara ia berinvestasi dan melihat peluang untuk cuan. Pengetahuan dasar dan modal investasi juga tidak kalah penting sehingga harus dipersiapkan dengan baik.

Semakin tertarik dengan dunia investasi? Kamu bisa mempelajari lebih lanjut tentang investasi melalui berbagai artikel managemen aset yang disajikan oleh Qoala Blog.