Bagi kamu yang bekerja di kantor, mungkin menunggu waktu-waktu gajian. Namun, bagaimana rumus mengatur gaji yang baik? Biasanya, apabila dikarenakan tidak memiliki perhitungan yang baik, maka kamu akan mengalami kondisi keuangan yang buruk. Sehingga rumus mengatur gaji menjadi informasi penting yang perlu diketahui agar gaji dapat bertahan hingga bulan selanjutnya.

Namun, sayangnya mengatur gaji bukan hal yang mudah dan menjadi rintangan bagi masing-masing individu. Untuk itu, simak rumus mengatur gaji yang baik dalam artikel Qoala berikut ini.

Penyebab gaji tidak bisa ditabung

Penyebab gaji tidak bisa ditabung
Sumber Foto: fizkes Via Shutterstock

Umumnya rumus yang digunakan agar keuangan lebih baik, gaji bulanan harus langsung disisihkan sebesar 30 persen untuk tabungan, baru sisanya digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai cicilan, harian, hingga foya-foya.

Agar rumus tersebut dapat diterapkan sebaik mungkin, ada beberapa alasan yang harus diubah agar rencana menabung tidak terganggu, di antaranya adalah sebagai berikut:.

1. Gaya hidup

Kamu mungkin adalah seseorang yang bisa dibilang “gaul” untuk ukuran masyarakat urban. Selain untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, uang gaji yang kamu terima juga digunakan untuk memenuhi kebiasaan nongkrong dengan teman secara rutin.

Kebutuhan sosial seperti nongkrong memang perlu untuk menghindarkan dari stres hidup perkotaan. Sayangnya, kebiasaan tersebut acap kali menjadi bumerang bagi kamu. Kebiasaan ini sering kali mengambil pos yang cukup besar pada gaji bulanan milikmu.

Oleh karena itu, gaya hidup demikian perlu kamu siasati sebaik mungkin. Tak perlu sampai meniadakan kebutuhan bersosialisasi, tapi akan lebih baik jika kebiasaan ini bisa ditekan. Kamu bisa kurangi jadwal nongkrong selama sebulan, dan memilih tempat-tempat yang tidak over budget.

2. Ubah kecenderungan menunda

Seperti yang sudah disinggung di atas, demi memenuhi kebutuhan lain-lain–acap kali menabung sering dinomorduakan. Misalnya upah bulananmu berasal dari gaji kantor dan fee sebagai freelancer, lantas tabunganmu plot ketika sudah mendapatkan upah bulanan secara penuh.

Memang tidak sepenuhnya salah, namun risiko gagal menabung akan lebih besar jika kamu menerapkan skema menunda ini. Untuk mengatasi kebiasaan ini, kamu bisa menerapkan trik “paksaan” pada keuanganmu.

Misalnya dengan langsung memotong upah yang kamu terima sejak pertama sejumlah dengan kebutuhan tabungan. Dengan demikian, kamu tak diberi kesempatan menunda tabungan untuk hal lain-lain.

3. Menabung itu “kuno”

Kamu mungkin memegang prinsip hidup yang “melakukan apapun yang diinginkan sekarang”, seakan hidup hanya berakhir pada hari ini.

Prinsip tersebut membuat kewajiban menabung terkesan kurang asyik, karena akan mengurangi kesenangan yang kamu bisa lakukan dengan 100 persen gaji bulanan yang diterima. Namun, kembali lagi pada “hidup tak berakhir di sini”.

Masih ada hari esok, minggu depan bahkan bertahun-tahun mendatang. Di masa depan, kamu tak akan tahu bagaimana tren pemenuhan kebutuhan hidup yang ada. Bisa saja peluang untuk mempersiapkannya hanya datang saat ini.

Untuk mengubah stigma tersebut, cobalah untuk membuat tujuan yang lebih besar di masa depan dari pada hanya mencari kepuasaan di masa sekarang. Dengan mencanangkan target di masa depan, niscaya kamu akan lebih termotivasi untuk menabung.

4. Khawatir kekurangan

Hal ini sering kali menjadi ketakutan banyak orang. Apalagi mengingat kebutuhan hidup yang tak murah, belum lagi jika harus diberatkan oleh segala macam cicilan. Hasilnya, kamu akan menanamkan dalam-dalam stigma pemenuhan kebutuhan harian tanpa menyematkan pos untuk tabungan. Jika hal ini terjadi padamu, mengubah gaya hidup bisa jadi solusi. Dengan memangkas pengeluaran-pengeluaran tak esensial lalu menggantinya dengan pos tabungan.

5. Fobia uang

Bukan karena tak bisa menabung, kamu justru cenderung akan menghabiskan uang yang diterima karena mengidap ketakutan berlebih pada kepemilikan uang dalam jumlah besar. Chrometophobia, atau fobia pada uang memang terdengar cukup aneh. Namun, tak bisa dimungkiri, fobia ini juga bisa menghantui.

Orang dengan Chrometophobia mungkin merasa mereka tidak cukup terampil untuk mengelola uang dan takut kehilangan karena investasi yang buruk. Alhasil, daripada disimpan sebagai tabungan atau wahana investasi, uang yang diterima justru akan dihabiskan saat itu juga.

Jika kamu mengalami hal ini, cobalah untuk menemui psikiater dan konsultasikan masalah tersebut pada mereka. Dengan begitu kamu akan mendapatkan solusi paling tepat untuk mengatasinya.

6. Terlalu royal

Menjadi dermawan memang sudah sepatutnya. Namun, kamu juga perlu mengidentifikasi kondisi keuangan sendiri. Jangan sampai kamu justru menggadaikan masa depan dengan tidak menabung karena terlalu dermawan untuk menyumbangkan semua uang. Uang memang dibutuhkan bagi mereka yang tak seberuntung kamu. Namun, tak ada salahnya untuk menyesuaikan kedermawanan setelah memenuhi kebutuhan tabungan.

7. Punya kebiasaan buruk

Kebiasaan kamu mencerminkan seberapa berkualitas hidup yang dijalani. Mengubah kebiasaan buruk menjadi baik tak bisa dilakukan hanya dalam satu malam. Hal ini membutuhkan proses panjang dan konsistensi yang baik. Jika ingin memiliki kebiasaan baik dalam menabung, kamu perlu memulainya sedari awal. Perlahan tak apa, asalkan konsisten.

8. Perhatikan juga pasanganmu

Mungkin kamu sudah bisa menerapkan kebiasaan menabung yang baik, tapi tak demikian halnya dengan pasanganmu. Jika demikian, maka jalan satu-satunya adalah dengan membicarakannya dengan pasangan. Cobalah untuk memberi pengertian bahwa “tabungan” merupakan hal yang wajib disiapkan guna mengamankan hari tua kamu berdua. Cobalah untuk saling support mengubah gaya hidup masing-masing agar “tabungan” tetap aman.

9. Tak memiliki target finansial

Mereka yang kesulitan menabung biasanya tidak memiliki target dan tujuan finansial di masa depan. Oleh karena itu mencanangkan target-target dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan adalah hal yang paling esensial untuk menabung. Cobalah untuk tanamkan dalam-dalam ide untuk target di masa depan ke dalam benakmu, agar menabung bukan lagi sebagai kewajiban melainkan sudah menjadi kebutuhan.

10. Kurang motivasi

Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya menabung. Secara tekad dan perbuatan mungkin kamu sudah bisa menjalankannya dengan baik. Setiap pos keuangan termasuk tabungan sudah bisa dipenuhi dengan baik, dan hidup berjalan baik-baik saja.

Namun, tak ada yang bisa meramalkan dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Kamu mungkin sudah memperkirakan dan menghitung segala hal dengan baik. Namun, bisa saja satu kali nasib kurang mujur menimpamu. Misalnya kamu harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar ketika sakit atau ditilang polisi.

Hal tersebut bisa saja mengganggu tren positif tabunganmu. Jika dihadapkan pada situasi tersebut, jangan lantas malas untuk menabung lagi. Sebab inilah salah satu fungsi dari tabungan, mengatasi hal-hal yang tak terduga. Tetaplah menjaga motivasi untuk menabung meski tengah dihantam hal-hal seperti itu.

11. Menunda menabung

Menunda-nunda untuk mulai menabung memang biasanya jadi kebiasaan orang-orang yang memiliki penghasilan besar. Pasalnya mereka memiliki keyakinan akan menyisakan uang di akhir bulan nanti. Padahal hal itu tidaklah pasti terjadi. Sebab, banyak godaan belanja hal-hal yang tidak penting. Jika kamu terus seperti itu, maka kamu akan kesulitan untuk menabung setiap bulannya.

12. Salah dalam berhutang

Meski memiliki penghasilan yang tinggi, pasti kamu tetap memiliki keinginan untuk berhutang. Boleh saja berhutang, asal tidak disalahgunakan. Kamu juga harus memperhatikan rasio utang terhadap pendapatan tetap yaitu berada di kisaran 35 persen. Angka itu diyakini sudah cukup dan ideal untuk arus keuanganmu. Dengan begitu kamu lebih bisa membayar utang tepat waktu.

Rumus mengatur gaji

Mampu mengelola uang dengan baik bukan hanya tentang mencoba memenuhi kebutuhan. Sehingga tidak harus memiliki banyak pengalaman atau menjadi ahli matematika untuk dapat mengelola keuangan dengan baik. Tantangannya adalah menemukan cara untuk menghemat sebagian dari gaji sambil melunasi hutang, menutupi biaya hidup dasar dan bekerja untuk mencapai tujuan keuangan.

1. Rumus mengatur gaji 4 3 2 1

Alokasikan 40% untuk Biaya Hidup Sehari-hari

Rumus mengatur gaji yang pertama yaitu dengan mengalokasikan 40% dari total gaji untuk kebutuhan utama sehari-hari. Kebutuhan utama sehari-hari tersebut mencakup pengeluaran untuk makan, transportasi, internet, listrik, belanja kebutuhan bulanan, pulsa, dan lain sebagainya.

Contohnya jika memiliki gaji Rp 7.000.000 per bulannya, maka alokasikan Rp 2.800.000 untuk pengeluaran utama sehari-hari. Jika ternyata dari alokasi tersebut tidak sepenuhnya terpakai, kamu dapat mengalokasikan sisanya untuk ditabung atau sebagai dana darurat.

Alokasikan 30% untuk Tagihan

Memiliki tagihan atau cicilan adalah wajar, tetapi tetap mengacu pada batasan tertentu. Maksimal persentase tagihan per bulan diusahakan tidak melebihi 30% dari total gaji. Perhitungan ini dikenal dengan debt service ratio yang nantinya dapat digunakan oleh Penyedia Jasa Keuangan dalam menilai skor kredit atau kelayakan jika kamu sewaktu-waktu mengajukan pembiayaan kembali.

Menghindari perilaku konsumtif adalah salah satu cara agar pengeluaran per bulan tidak melebihi batas yang sewajarnya. Upayakan juga untuk membayar tagihan secara tepat waktu agar tidak terkena denda dan memiliki skor kredit yang baik. Dengan contoh tersebut, jika gaji per bulan Rp 7.000.000, maka jumlah maksimal tagihan yang dimiliki adalah Rp 2.100.000.

Alokasikan 20% untuk Tabungan, Investasi, Atau Dana Darurat

Kondisi masa depan tidak ada yang dapat memprediksi bukan? Jadi, mengalokasikan sebagian gajimu untuk menabung adalah wajib hukumnya. Alokasikan paling tidak 20% dari total gaji per bulan sebagai tabungan, dana darurat, atau keperluan investasi.

Tabungan dan dana darurat adalah dua jenis instrumen keuangan yang berbeda. Tabungan adalah simpanan uang yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk membiayai keperluan yang sifatnya lebih umum seperti membiayai pendidikan anak, merenovasi rumah, atau untuk keperluan bisnis. Sementara, dana darurat adalah simpanan uang yang hanya dapat digunakan untuk keperluan yang sifatnya mendesak saja seperti untuk membiayai jika ada anggota keluarga yang sakit, membiayai kehidupan sehari-hari jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan lain sebagainya.

Jika kamu ingin melakukan investasi boleh-boleh saja, namun pastikan sesuai dengan profil risiko milikmu. Jika kamu adalah pelaku investasi pemula, maka kamu dapat berinvestasi melalui emas atau reksadana terlebih dahulu.

Masih sama dengan contoh di atas, jika memiliki gaji Rp 7.000.000 per bulannya, maksimal dana yang wajib dialokasikan untuk tabungan adalah Rp. 1.400.000. Jika mengalokasikan lebih dari 20% sangat bisa dianjurkan, namun pastikan kebutuhan pengeluaran utama sehari-hari tercapai.

Alokasikan 10% untuk Aktivitas Kebaikan

10% sisa dari total gaji perbulan dapat dialokasikan untuk keperluan dalam berbuat hal yang baik. Manfaatkan penghasilan per bulan untuk bersedekah kepada orang yang kurang mampu, membantu untuk keperluan pembangunan tempat ibadah, dan merawat hewan peliharaan semampunya. Memberikan penghasilan tambahan untuk orang tua juga termasuk kedalam alokasi ini. Dengan mengalokasikan penghasilan kepada pihak yang lebih membutuhkan, maka niscaya kamu akan mendapatkan keberkahan yang lebih dalam hidup.

Itulah rumus mengatur gaji 4-3-2-1 yang dapat diaplikasikan untuk mencapai perencanaan keuangan yang matang. 40% untuk keperluan sehari-hari, 30% untuk keperluan membayar tagihan/cicilan, 20% untuk keperluan menabung, dan 10%nya untuk melakukan aktivitas kebaikan. Lakukan evaluasi terhadap alokasi gajimu saat ini. Satu kata kunci yang dapat diingat yaitu “bijak”. Bijaksanalah dalam menggunakan penghasilan untuk segala jenis kebutuhan. Prinsip tersebut juga digunakkan agar hidup tenang dan memiliki prospek masa depan yang cerah.

2. Rumus mengatur gaji 50/30/20

Ingatlah, alokasi metode 50 30 20 dapat terbagi dalam tiga kategori sebagai berikut.

  • 50% berupa kebutuhan pokok seperti cicilan rumah, belanja makanan sehari-hari, dan sebagainya.
  • 30% berupa pengeluaran untuk keinginan seperti biaya layanan streaming, hangout, dan keinginan lainnya.
  • 20% berupa tabungan dan investasi untuk kebutuhan di masa depan atau target finansial dalam jangka waktu tertentu.

Simak penjelasan selengkapnya melalui penjelasan di bawah ini.

Alokasi 50 Persen Gaji untuk Kebutuhan Pokok

Sebagian besar penghasilanmu harus mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Untuk itu, kamu harus mengalokasikan 50 persen penghasilan untuk membeli bahan makanan, alat mandi, biaya listrik, pulsa, obat-obatan, biaya transportasi, asuransi, dan sebagainya.

Pastikan kamu menghitung 50 persen dari penghasilan bersih setiap bulan. Agar lebih optimal, kamu bisa membuat daftar pengeluaran setiap bulan sehingga tidak mengalami overspending. 

Jika penghasilanmu Rp4 juta, maka kamu bisa mengalokasikan Rp2 juta untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Dalam hal ini, kamu harus mengenali prioritas pos pengeluaran dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Alokasi 30 Persen Gaji untuk Keinginan

Selanjutnya, kamu bisa mengalokasikan 30 persen gaji untuk kebutuhan hiburan atau hal-hal yang kamu inginkan. Misalnya, langganan layanan streaming film, jalan-jalan, staycation, belanja, dan sebagainya.

Semua orang butuh self reward juga, bukan? Kamu bisa mengalokasikan 30 persen penghasilan untuk memenuhi keinginanmu sebagai bentuk self reward! Kategori ini mencakup pengeluaran sekunder atau tersier di luar kebutuhan pokok setiap bulan.

Alokasi 20 Persen Gaji untuk Tabungan dan Investasi

Kegiatan menabung dan investasi menjadi bagian penting dalam mengatur keuangan. Untuk menyimpan dana darurat, kamu bisa alokasikan ke rekening khusus sehingga dapat mempersiapkan dana di situasi tak terduga.

Di samping menabung, investasi dapat mengoptimalkan penghasilanmu untuk mempersiapkan tujuan finansial di masa yang akan datang. Misalnya, kamu ingin mempersiapkan biaya nikah, beli rumah, dana pensiun, dan sebagainya.

Contoh Simulasi Alokasi Gaji 50:30:20

Total Gaji Bulanan Bersih: Rp8.000.000,-*
Alokasi (%) per Bulan Contoh Kebutuhan Jumlah Alokasi Gaji
50% (Kebutuhan Pokok & Penting) Tagihan listrik & air: Rp1.000.000,-

Makan, minum dan belanja bulanan: Rp1.500.000,-

Ongkos transportasi: Rp1.000.000,-

Internet dan pulsa: Rp200.000,-

Polis asuransi: Rp300.000,-

Rp4.000.000,-
30% (Keinginan & Utang) Cicilan kredit motor: Rp700.000,-

Jajan dan hangout: Rp700.000,-

Langganan dan Hiburan Lain: Rp300.000,-

Beli pakaian dan sepatu: Rp500.000,-

Rp2.400.000,-
20% (Investasi dan Tabungan) Tabungan dana darurat: Rp600.000,-

Investasi: Rp1.000.000,-

Rp1.600.000,-

3. Rumus mengatur gaji 70/20/10

Metode budgeting selanjutnya adalah teknik anggaran 70:20:10. Cara budgeting gaji ini juga menerapkan teknik persentase yang membagi anggaran belanja dalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah 70% uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, 20% sebagai tabungan, dan 10% merupakan dana invest.

Metode budgeting 70:20:10 sangat cocok digunakan bagi kamu yang belum pernah melakukan perencanaan keuangan pribadi sebelumnya, karena alokasi dananya cenderung sederhana.

4. Metode 80:20

Salah satu metode budgeting adalah strategi 80:20. Strategi ini juga disebut dengan metode pareto. Tujuan dari metode 80:20 adalah untuk menyusun rencana anggaran prioritas dan meningkatkan efisiensi pembagian keuangan.

Metode budgeting ini sangat cocok untuk digunakan dalam perencanaan keuangan pribadi, khususnya oleh para pemula, karena pengaturannya yang tidak rumit. Melalui metode pareto, kamu bisa mengalokasikan 80% dari gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan 20% digunakan sebagai investasi atau tabungan.

5. Metode Kakeibo

Metode kakeibo adalah cara budgeting gaji ala masyarakat Jepang yang dianggap efektif apabila ingin hidup hemat. Sejak zaman dahulu, masyarakat Jepang memiliki kebiasaan tersendiri untuk mengatur uang belanjanya, yaitu dengan cara menerapkan metode kakeibo.

Metode ini mengharuskanmu menjawab sejumlah pertanyaan di bawah ini untuk melakukan perencanaan keuangan pribadi.

  • Berapa banyak uang yang kamu miliki?
  • Berapa jumlah uang yang hendak dibelanjakan?
  • Berapa jumlah uang yang akan disimpan?
  • Bagaimana cara meningkatkan proses perencanaan keuangan?

Cara budgeting gaji ini diperlukan untuk mengetahui pengeluaran bulanan yang mungkin saja terlewatkan dalam daftar anggaran.

Metode kakeibo juga bisa dijadikan sebagai alternatif untuk introspeksi diri mengenai pengeluaran keuangan pada bulan sebelumnya. Dengan begitu, kamu akan lebih terbantu saat membuat daftar anggaran belanja di bulan berikutnya.

6. Metode Jar

Contoh metode budgeting selanjutnya adalah teknik jar atau toples. Metode perencanaan keuangan ini termasuk teknik lama yang dirasa cukup efektif untuk diterapkan. Saat menggunakan metode jar, kamu perlu membagi anggaran keuangan menjadi enam bagian agar lebih spesifik dan teratur.

Untuk membaginya, kamu bisa mengatur sendiri sesuai dengan prioritas. Misalnya 50% untuk kebutuhan utama, 10% dana keperluan sekunder, 10% pendidikan, 10% menabung, 10% berinvestasi, dan 10% terakhir sebagai dana darurat.

7. Metode Amplop

Metode budgeting gaji berikutnya adalah dengan teknik amplop. Seperti namanya, metode ini membagi pengeluaran menggunakan amplop. Kamu bisa menyiapkan beberapa amplop yang telah dituliskan berbagai keperluan bulanan.

Jumlah amplop dan keperluannya pun bisa kamu sesuaikan sendiri berdasarkan prioritasmu. Misalnya untuk kebutuhan primer, sekunder, investasi, tabungan, dan keperluan-keperluan lain. Metode budgeting ini sangat cocok digunakan apabila kamu sering melakukan pembayaran tunai.

8. Metode 4 Amplop

Apabila metode sebelumnya perencanaan keuangan bisa disesuaikan dengan prioritasmu, teknik 4 amplop ini akan membantumu untuk mengatur anggaran apabila memiliki gaji tidak seberapa. Kamu bisa memisahkan uang untuk pengeluaran utama terlebih dahulu sebesar 10-30 persen. Lalu, sisa uangnya bisa dimasukkan ke dalam 4 amplop, yaitu untuk investasi, menabung, makan di luar, serta transportasi.

9. Metode Bola Salju

Cara budgeting gaji berikutnya dapat kamu lakukan dengan metode bola salju. Metode ini bertujuan untuk membantu melunasi utang-utang yang kamu miliki agar tidak menumpuk. Caranya dengan memeriksa jumlah utang terkecil hingga yang terbesar. Setelah itu, kamu bisa membayar utang yang lebih kecil dahulu. Dengan begitu, kamu akan lebih termotivasi untuk melunasi hutang dalam jumlah besar.

10. Metode Bagi Dua

Metode budgeting selanjutnya termasuk teknik sederhana, yaitu membagi gaji bulanan menjadi dua bagian untuk kebutuhan sehari-hari dan menabung. Cara budgeting gaji ini akan membantu para pemula yang ingin mengatur keuangan dengan sederhana dan bisa digunakan sebagai perencanaan finansial jangka panjang.

11. Metode Tunjangan Mingguan

Metode tunjangan mingguan adalah cara budgeting gaji yang cocok untuk mengelola penghasilan tiap pekan. Dengan begitu, kamu bisa melakukan perencanaan keuangan mingguan sesuai gaji yang didapatkan tanpa melupakan budget untuk investasi atau tabungan. Kamu dapat menyisihkan uang sekitar 20% untuk dikumpulkan sebagai tabungan. Cara ini akan membantumu dalam mengatur keuangan lebih efektif.

12. Metode Usia Produktif

Seperti namanya, metode budgeting selanjutnya diperuntukkan bagi orang-orang dengan usia produktif atau yang hendak memasuki umur 30 tahun. Pada usia ini, kamu bukan hanya perlu mengatur perencanaan keuangan untuk kebutuhan sehari-hari saja, tetapi juga harus menyiapkan dana bagi persiapan masa depan. Misalnya dengan merencanakan keuangan menggunakan asuransi jiwa dan menyiapkan dana darurat yang bisa membantumu saat menghadapi masa pensiun nanti.

13. Metode Aplikasi Perencanaan Keuangan

Metode budgeting yang terakhir dapat kamu lakukan dengan memanfaatkan aplikasi perencanaan keuangan. Saat ini, banyak aplikasi perencanaan keuangan yang bisa diunduh secara gratis di smartphone. Aplikasi-aplikasi tersebut juga akan membantumu untuk mengalokasikan keuangan ke dalam beberapa kategori. Metode ini juga akan membantumu dalam mencatat pengeluaran belanja setiap harinya, sehingga memudahkan saat melakukan evaluasi anggaran bulanan.

Tips mengatur gaji bulanan untuk milenial dan Gen Z

Tips mengatur gaji bulanan untuk milenial dan Gen Z
Sumber Foto: witsarut sakorn Via Shutterstock

Kalau kamu termasuk generasi milenial sampai gen Z, kamu sedang berada di usia aktif yang kekuatan konsumsinya sedang kuat-kuatnya. Penting untuk diingat, kamu perlu tahu cara mengatur keuangan supaya penghasilan tak melayang begitu aja untuk berbagai hal yang kurang berguna. Ikuti beberapa tips mengatur gaji bulanan berikut ini untuk mendapat kondisi keuangan yang sehat di kalangan milenial dan Gen Z.

1. Melunasi Hutang

Punya hutang di jaman sekarang yang kebutuhannya kian banyak memang wajar. Tapi pastikan kamu sanggup melunasinya. Tiap kali gajian, prioritaskan membayar cicilan hutang dan membayar tagihan terlebih dahulu. Setelah itu, baru atur sisanya untuk memenuhi kebutuhan. Begitu hutang lunas, kamu akan lebih leluasa mengatur keuangan.

2. Mulai dari Mencatat Pengeluaran

Kamu akan kesulitan mengelola keuangan jika tidak mengetahui berapa jumlah uang yang biasa dihabiskan setiap bulan. Oleh karena itu, membiasakan diri untuk membuat catatan keuangan jadi kunci utama manajemen finansial. Dengan mencatat pengeluaran, kamu akan mengetahui di mana saja bisa melakukan perbaikan. Dalam artian, kamu tahu pada area mana saja bisa melakukan penghematan.

Perhatikan kebiasaan belanjamu. Terlebih lagi, pengelolaan keuangan yang baik harus dimulai dari kesadaran berbelanja. Lacaklah seluruh pengeluaranmu sehingga kamu dapat mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting.

3. Atur Dompet Digital Lebih Hati-hati

Adanya dompet digital memang sangat membantumu dalam melakukan berbagai transaksi. Saking gampangnya, kadang kamu tak sadar sudah menghabiskan banyak sekali dari sini. Batasi pengeluaran dengan dompet digital mu, jangan sampai terlalu berlebihan sampai tak bisa menabung.

Catat apa saja pengeluaran yang biasa digunakan dengan dompet digital. Misalnya untuk transportasi, bayar tagihan, belanja keperluan harian, dan lain sebagainya. Transfer ke dompet digital sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan supaya tak melewati batas. Kalau tak terlalu penting, hindari mentransfer lagi ke dompet digital, supaya pengeluaran tidak semakin membengkak.

4. Gunakan Paylater dengan Bijak

Adanya layanan paylater memudahkanmu untuk membeli berbagai produk. Beli sekarang, bayarnya nanti. Kamu perlu ingat bahwa paylater itu berhutang dan ada bunganya. Jadi hanya gunakan layanan paylater untuk produk yang benar-benar penting.

Mau beli gadget dengan paylater? Boleh aja asal penting. Misalnya untuk beli kamera dan laptop spesifikasi tinggi yang digunakan untuk kerja. Hindari beli gadget dengan paylater hanya untuk mengejar tren, padahal tak butuh.

Selain itu, hindari membeli produk-produk lain yang sifatnya tidak terlalu penting dengan paylater. Misalnya beli produk fashion yang tidak terlalu dibutuhkan, beli makanan dengan paylater, dan kebutuhan lain yang tidak mendesak.

5. Mulai Menabung untuk Gol Masa Depan

Menabung itu wajib agar kamu punya simpanan untuk berbagai kebutuhan di masa depan. Pastikan untuk menyisakan sebagian dari penghasilanmu untuk ditabung. Hindari menghabiskan semua gaji sampai tak bersisa, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan.

Disarankan untuk punya tabungan dana darurat dengan nominal minimal 3 bulan pengeluaran. Lebih baik lagi kalau bisa terkumpul 6 bulan pengeluaran. Kalau ada tabungan ini, kamu akan “aman” jika ada hal-hal yang tak terduga terjadi.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah menabung jangka panjang, biasanya untuk dana pensiun. Kamu juga boleh punya pos tabungan lain, misalnya tabungan untuk beli rumah, kendaraan, biaya kuliah, dan lain-lain. Biasanya kalau kamu menentukan tujuan tabungan, jadi lebih semangat daripada menabung tanpa tujuan.

6. Rencanakan Belanja

Baru tengah bulan tapi uang di rekening sudah hampir habis dan tak tahu uang habis untuk apa aja? Saatnya mengatur belanjamu sejak awal supaya tahu uangmu habis untuk apa aja. Jadi pengeluaran pun lebih terencana.

Catat pengeluaranmu untuk bulan depan. Mulai dari bayar cicilan, tagihan, dan beli keperluan sehari-hari. Baru masuk ke kebutuhan lain yang sifatnya tidak primer. Dengan begitu, pengeluaran akan lebih teratur dan uang tidak melayang begitu aja.

7. Mengecek Jumlah Uang di Rekening Secara Berkala

Rutin mengecek jumlah uang di rekening dinilai cukup berpengaruh dalam upaya mengatur keuangan. Mengecek jumlah uang yang tersisa di rekening akan membuatmu semakin berhati-hati ketika ingin menggunakannya. Perlu diingat juga jangan pernah menggunakan uang yang ada di tabungan jika tidak dalam kondisi yang mendesak.

8. Mulai Pisahkan Kebutuhan dan Keinginan

Terkadang sulit membedakan apa barang dan jasa yang memang benar-benar dibutuhkan dan mana yang sebenarnya hanya keinginan semata. Lagi-lagi, inilah pentingnya mencatat pengeluaran. Begitu dicatat, pada umumnya banyak orang yang akan menyadari ada beberapa pengeluaran yang sebenarnya tak ada gunanya bagimu. Sebisa mungkin di bulan depan kurangi pengeluaran tersebut.

Kalau ingin punya keuangan yang lebih sehat, seharusnya lebih pandai lagi memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Tiap kali akan beli sesuatu, pikirkan kembali apakah produk atau layanan itu memang benar-benar penting? Apakah kamu akan menggunakannya atau akan sia-sia? Kalau memang produk dan layanan itu sangat penting, bisa dibeli. Sedangkan untuk yang kurang penting, bisa ditunda aja dulu atau tidak jadi beli sama sekali.

9. Mulai Investasi Sedini Mungkin

Investasi bukan hanya milik sebagian kalangan tertentu yang punya dana besar. Siapa pun bisa berinvestasi sekarang. Sudah banyak caranya, kamu sudah bisa berinvestasi secara digital. Misalnya investasi emas digital, reksa dana, hingga saham yang makin mudah diakses.

Yang penting adalah kamu harus mempelajari dulu seperti apa detail instrumen investasi. Apakah cocok denganmu dan sesuai dengan tujuan keuangan di masa depan? Hindari berinvestasi tanpa tahu apa-apa. Selalu pelajari agar investasinya berhasil.

10. Memiliki Dana Darurat

Sudahkah kamu memiliki dana darurat? Memiliki dana simpanan yang siap digunakan kapanpun untuk berbagai keperluan mendesak merupakan salah satu hal yang tidak boleh terlupakan dalam mengatur keuangan.

Dana simpanan atau dana darurat ini biasanya harus dimiliki sebanyak 6 kali total pengeluaran dalam satu bulan untuk single, dan 12 kali total pengeluaran dalam satu bulan untuk pasangan yang sudah menikah dan belum memiliki tanggungan. Total dana darurat yang dibutuhkan setiap orang akan berbeda tergantung banyaknya pengeluaran dan jumlah orang yang harus ditanggung.

Pastikan bahwa kamu selalu menyisihkan sebagian gaji untuk hal-hal yang tidak terduga dan di luar prediksi.

11. Analisis Keuangan

Biasakan mencatat keuangan supaya tahu pasti apa saja pengeluaran. Setelah itu, lakukan analisis di akhir bulan. Dari catatan, kamu bisa melihat apa saja pengeluaran sehari-hari yang sebenarnya kurang penting dan kedepannya bisa dikurangi. Siapa tahu jadi ada dana lebih untuk ditabung atau diinvestasikan.

Analisis keuangan setiap bulan, supaya makin baik keadaannya. Tiap bulan mungkin saja ada yang berubah, jadi rencana juga pasti berubah. Kalau sudah terbiasa, ini akan sangat membantumu dalam mengatur keuangan agar lebih sehat.

Akibat tidak bisa mengatur gaji

Berikut ini adalah berbagai gangguan fisik maupun mental yang bisa ditimbulkan oleh masalah keuangan akibat tidak bijak mengatur uang:

1. Menderita stres dan kecemasan

Seseorang yang memiliki masalah keuangan dapat mengalami stres finansial yang ditandai dengan kekhawatiran berlebih. Ia bisa merasa cemas atau stres memikirkan cara membayar hutang atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makanan atau membayar tagihan listrik.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang berhutang berisiko tinggi mengalami depresi atau stres dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki utang. Stres yang berkepanjangan karena masalah keuangan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Saat seseorang mengalami stres, kadar sel darah putih di dalam tubuhnya akan menurun. Hal ini membuat tubuh sulit untuk melawan berbagai penyakit, seperti flu, gangguan pencernaan, penyakit jantung, dan diabetes.

2. Mengalami susah tidur

Memiliki masalah keuangan akibat tidak bijak mengatur uang juga dapat menyebabkan sulit tidur (insomnia). Menurut penelitian, orang dengan masalah keuangan memiliki durasi tidur yang pendek, yaitu kurang dari 7 jam setiap malamnya. Sulit tidur akibat masalah keuangan ini bisa dipicu oleh rasa khawatir akan utang yang belum dibayarkan atau karena kehilangan pekerjaan.

3. Melakukan kebiasaan yang tidak sehat

Untuk mengatasi stres akibat masalah keuangan, banyak orang memilih melakukan kebiasaan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan obat-obatan terlarang.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut memang bisa membuat mereka lupa akan masalah keuangan yang mereka alami, walaupun untuk sementara. Namun, setelah efeknya selesai, mereka bisa kembali menjadi stres atau justru lebih stres daripada sebelumnya. Bahkan, beberapa orang yang mempunyai masalah keuangan juga memiliki pikiran untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.

4. Mengganggu keharmonisan keluarga

Masalah keuangan dapat menimbulkan masalah dalam keluarga, terutama pada pasangan suami istri. Masalah keuangan yang dihadapi oleh suami atau istri dapat memicu stres dan pertengkaran yang berimbas pada keharmonisan rumah tangga. Oleh karena itu, penting untuk membicarakan kondisi keuangan satu sama lain secara terbuka, baik sebelum maupun saat menjalani pernikahan.

5. Tidak Memiliki Investasi

Investasi itu sangat penting, namun sayangnya pengetahuan investasi di masyarakat Indonesia masih kurang, sehingga banyak orang yang tidak pernah memikirkan untuk berinvestasi.

Beberapa dari mereka bahkan menganggap investasi itu membutuhkan dana yang besar. Padahal, minimal nominal investasi di reksadana bisa dilakukan dengan modal Rp.10.000 saja. Jika kalian rutin menabung di reksadana setiap bulannya, maka kalian bisa mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat di tahun berikutnya.

6. Merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan darurat

Mengalami masalah keuangan dapat membuat seseorang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan darurat, seperti pelayanan kesehatan. Saat seseorang tidak memiliki cukup uang, ia akan menunda untuk mendapatkan pelayanan medis jika mengalami penyakit serius atau kecelakaan.

Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan yang dialami dan semakin memperbesar biaya kesehatan yang harus dikeluarkan nanti. Oleh karena itu, penting sekali menyisihkan pendapatan untuk membayar premi asuransi kesehatan, baik yang telah disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Tidak bijak mengatur uang bisa memicu berbagai masalah. Agar pengeluaran tetap terkontrol setiap bulannya, pisahkan pendapatanmu menurut tujuannya, seperti kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan dana darurat.

Keuangan yang dikelola dengan baik akan membuat pikiran tenang, sehingga kesehatan fisik dan mental tetap terjaga. Namun, jika kamu merasa stres akibat tak bijak dalam mengatur keuangan, bahkan sampai mempengaruhi hubungan sosial dan menyebabkan gangguan tidur, sebaiknya konsultasikan ke psikolog untuk mendapatkan saran yang sesuai.

Begitu ada keinginan investasi, jangan tunda lagi. Segera sisihkan uang dan wujudkan. Kamu bisa mendapatkan informasi terkait investasi lainnya hanya di Qoala Apps atau Blog Qoala.