Perlu diketahui, bahwa glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Oleh karena itu, kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Tak jarang banyak orang yang menderita diabetes, namun masih belum menyadarinya, Padahal, diabetes melitus adalah penyakit kronis yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengolah gula (glukosa) darah menjadi energi. Diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Berbagai hal, mulai dari faktor genetik hingga gangguan hormon insulin, dapat menjadi penyebab dari diabetes melitus.

Ada juga beragam faktor risiko yang membuat seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit diabetes melitus. Apa saja faktor-faktor tersebut? Simak penjelasan Qoala berikut ini.

Apa Itu Diabetes?

Apa Itu Diabetes
Sumber Foto: Proxima Studio Via Shutterstock

Secara definisi, diabetes merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjadi momok bagi semua orang. Hal ini dikarenakan penyakit diabetes berlangsung seumur hidup dan dapat menimbulkan sejumlah komplikasi bila penderita tidak mengendalikannya.

Maka tak heran kalau penyakit diabetes semakin menjadi perhatian, karena jumlah penderitanya terus bertambah. Menurut WHO, sudah ada sekitar 150 juta orang yang mengalami diabetes di seluruh belahan dunia.

Pengertian penyakit diabetes sendiri adalah suatu penyakit yang terjadi akibat kegagalan sel pankreas dalam memproduksi insulin. Hormon insulin inilah yang berfungsi dalam mengatur penggunaan gula untuk aktivitas sel-sel di dalam tubuh.

Sementara itu, pasokan insulin yang tidak memadai ini nantinya akan menyebabkan kadar gula darah cenderung tinggi. Pada pengertian penyakit diabetes ini apabila kondisinya secar terus-menerus dapat menyebakan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ penting di dalam tubuh seperti jantung koroner, stroke, obesitas, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf.

Selain itu, pengertian penyakit diabetes juga dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi kadar gula darah dalam tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan (hipoglikemia) atau peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) secara tiba-tiba.

Tipe-tipe Diabetes

Berdasarkan penjelasan penyakit diabetes di atas, dijelaskan juga dalam studi Introduction to Diabetes Melitus terdapat beberapa tipe-tipe penyakit diabetes yang umum dialami, yaitu:

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Padahal, insulin dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Kondisi ini lebih jarang terjadi dibandingkan DM tipe 2.

Biasanya, diabetes tipe 1 terjadi dan ditemukan pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada usia berapa pun. Diabetes tipe 1 kemungkinan besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas (autoimun).

Kekeliruan sistem imun pada tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan paparan virus di lingkungan. Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan jenis diabetes ini berisiko tinggi terkena penyakit ini. Sering kali penderita DM tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk mengendalikan gula darahnya.

2. Diabetes tipe 2

Jenis diabetes ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Mengutip dalam laman CDC, diperkirakan sekitar 95 persen kasus kencing manis adalah diabetes tipe 2.

Secara umum, jenis diabetes ini dapat menyerang siapa saja pada semua kalangan usia. Namun, diabetes tipe 2 biasanya lebih mungkin terjadi pada orang dewasa dan lansia karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak dan kelebihan berat badan.

Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang sensitif merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan resistensi insulin. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah menjadi energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam darah.

Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien perlu menjalani polah hidup diabetes yang lebih sehat, seperti mengatur pola makan dan memperbanyak aktivitas fisik. Dokter juga mungkin akan memberikan obat diabetes untuk menurunkan gula darah yang tinggi dalam perawatan DM tipe 2. Tidak seperti DM tipe 1 yang memerlukan tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin tidak umum dilakukan untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe 2.

3. Diabetes tipe 3

Diabetes tipe 3 adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya suplai insulin ke dalam otak. Minimnya kadar insulin dalam otak dapat menurunkan kerja dan regenerasi sel otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

Perlu diketahui, penyakit Alzheimer sendiri termasuk ke dalam penyakit neurodegeneratif atau penurunan fungsi otak yang terjadi secara perlahan akibat berkurangnya jumlah sel-sel otak yang sehat. Kerusakan sel otak tersebut ditandai dengan penurunan kemampuan berpikir dan mengingat. 

Suatu studi dari jurnal Neurology menunjukkan risiko Alzheimer dan demensia bisa berkali lipat lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan individu yang sehat. Dijelaskan dalam studi tersebut hubungan antara diabetes dan Alzheimer sebenarnya merupakan hal yang kompleks.

Penyakit Alzheimer pada penderita diabetes kemungkinan disebabkan oleh resistensi hormon insulin dan tingginya kadar gula dalam darah sehingga menyebabkan kerusakan dalam tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel otak.

Kematian sel-sel otak tersebut disebabkan otak tidak memperoleh glukosa yang cukup. Padahal otak adalah organ vital tubuh yang paling banyak memerlukan gula darah (glukosa).

Sementara itu, otak sangat bergantung pada hormon insulin untuk dapat menyerap glukosa. Saat otak tidak memiliki cukup insulin, asupan glukosa ke otak akan berkurang. Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan sel otak yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu munculnya Alzheimer. Meskipun demikian, terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa Alzheimer bisa saja terjadi dengan sendirinya tanpa mengikut penyakit diabetes.

Namun, keduanya dipicu oleh faktor risiko yang serupa, yaitu pola konsumsi tinggi karbohidrat dan glukosa. Terlebih lagi pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 tidak mempengaruhi kadar insulin otak sehingga tidak memiliki dampak positif terhadap penanganan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme kondisi diabetes memicu terjadinya Alzheimer.

4. Diabetes gestasional

Terakhir, diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Tipe diabetes ini terjadi selama kehamilan bisa menyerang ibu hamil, walau tidak memiliki riwayat diabetes.

Menurut American Pregnancy Association, klasifikasi diabetes ini muncul karena plasenta ibu hamil akan terus menghasilkan sebuah hormon khusus. Hormon inilah yang menghambat insulin bekerja dengan efektif. Akibatnya, kadar gula darah kamupun menjadi tidak stabil selama kehamilan.

Sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami diabetes jenis ini karena seringnya diabetes gestasional tidak memunculkan gejala dan tanda yang spesifik.

Kabar baiknya, kebanyakan wanita yang mengalami jenis diabetes ini akan sembuh selepas melahirkan. Agar tidak menimbulkan komplikasi, ibu hamil yang mengalami tipe diabetes melitus ini perlu mengecek kesehatan dan kehamilannya pada dokter secara rutin. Selain itu, gaya hidup juga perlu diubah jadi lebih sehat.

Wanita yang hamil di usia 30 tahun, memiliki berat badan berlebih, pernah mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth), atau punya riwayat penyakit hipertensi dan PCOS, berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional.

Sebagai informasi, masing-masing tipe diabetes melitus memiliki gejala dan komplikasi yang berbahaya. Terlebih, tubuh setiap orang berbeda-beda sehingga respons terhadap pengobatan pun bisa berbeda. Belum lagi gaya hidup pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan pengobatan diabetes.

Jika setelah terdiagnosis kamu tidak menjaga pola makan, jarang berolahraga, kurang tidur, tetap merokok, dan tidak rutin cek gula darah, kamu lebih berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi diabetes.

Diabetes bisa mengarah pada penyakit berbahaya lainnya seperti stroke, hipertensi, hingga gagal ginjal. Dengan menjalani pengobatan diabetes dengan benar dan mengikuti pola hidup sehat dan, kamu masih bisa mengendalikan diabetesmu, apa pun jenisnya.

Penyebab Diabetes yang Harus Diwaspadai

Penyebab Diabetes yang Harus Diwaspadai
Sumber Foto: Eviart Via Shutterstock

Sebelum mengetahui penyebab diabetes, kamu perlu tahu bagaimana glukosa diproses oleh tubuh. Glukosa sangat penting untuk tubuh karena bekerja sebagai sebagai sumber energi bagi sel-sel, jaringan, dan organ tubuh, terutama otak.

Glukosa sebenarnya berasal dari makanan yang dimakan, sebagian akan digunakan oleh sel-sel tubuh dan sebagian disimpan sebagai cadangan energi di dalam hati (liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan glikogen.

Jika kamu belum makan, otomatis kadar gula darah akan rendah. Untuk mencegah hal tersebut, liver akan memecah glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula darah tetap normal.

Penyebab pasti diabetes melitus baik tipe 1 atau 2 belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli dari American Diabetes Association menduga bahwa tingginya kadar gula dalam darah yang menyebabkan beberapa jenis penyakit diabetes disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Genetik

Salah satu penyebab diabetes melitus yang tidak bisa dielakkan yaitu faktor genetik. Itu sebabnya, diabetes sering disebut penyakit keturunan. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan yang sangat kuat dengan riwayat dan keturunan keluarga. Pasien diabetes tipe 1 pun memiliki risiko serupa, tapi cenderung lebih kecil.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko seorang anak terkena penyakit diabetes akan lebih besar ketika ibunya juga memiliki penyakit ini. Jika kedua orangtuanya memiliki diabetes, risiko anak mengalami diabetes setelah dewasa bahkan bisa mencapai 50 persen.

Para ahli menduga bahwa ada gen khusus penyebab diabetes melitus yang bisa diturunkan dari orangtua ke generasi-generasi selanjutnya. Namun, mereka belum mengetahui gen mana yang jadi penyebab penyakit gula ini.

Tak perlu cemas, menjadi keturunan pasien diabetes bukan berarti kamu akan mengalami penyakit yang sama. Kamu bisa mencegahnya dengan mengontrol gula darah dan menjalani gaya hidup sehat.

2. Usia

Selain genetik, faktor usia juga bisa menjadi salah satu penyebab penyakit diabetes melitus. Seiring bertambahnya usia, risiko kamu untuk terkena penyakit diabetes tipe 2 pun semakin meningkat.

Usia sebenarnya tidak hanya meningkatkan risiko penyakit diabetes, tapi juga berbagai penyakit kronis lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke. Ini karena penyakit kronis dan usia memang saling berhubungan satu sama lain.

Semakin tua, fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan, termasuk cara tubuh mengolah gula darah. Fungsi sel penghasil insulin pada pankreas kian menurun dan respons sel tubuh terhadap insulin juga tidak sebaik dulu.

Faktor penyebab diabetes melitus yang menyerang seiring berjalannya waktu ini, membuat dokter merekomendasikan pasiennya yang berusia 45 tahun atau lebih untuk mengikuti pemeriksaan gula darah secara rutin.

3. Resistensi insulin

Kencing manis terjadi karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh tidak merespons insulin dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin.

Resistensi insulin sendiri membuat sel tubuh tidak bisa menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Hal ini memberi sinyal bahwa tubuh kekurangan gula, sehingga memecah kembali glikogen.

Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk dan menyebabkan kadar gula darah tinggi, atau disebut hiperglikemia. Jadi, hati-hati atas resistensi insulin yang menjadi penyebab diabetes ya!

4. Gangguan autoimun

Kondisi autoimun yang menyebabkan diabetes melitus terjadi ketika sistem kekebalan tubuhmu menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang bertugas menghasilkan hormon insulin.

Hormon insulin berperan penting dalam penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh. Ketika terjadi gangguan pada pankreas, produksi insulin bisa berkurang atau bahkan terhenti. Alhasil, kadar gula dalam darah meningkat karena tanpa bantuan insulin glukosa tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh dengan baik.

5. Kondisi medis tertentus

Ada banyak penyebab diabetes melitus yang mungkin tidak pernah kamu duga sebelumnya. Dalam beberapa kasus kemunculan penyakit diabetes bisa dipicu oleh beberapa penyakit berikut.

  • Sindrom polikistik ovarium (PCOS). PCOS bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Berat badan yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan kondisi prediabetes.
  • Pankreatitis atau radang pankreas. Peradangan dapat mengganggu fungsi sel pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang penting untuk menjaga gula darah tetap normal.
  • Sindrom Cushing. Kondisi ini meningkatkan produksi hormon kortisol yang akhirnya ikut meningkatkan kadar glukosa darah.
  • Glucagonoma. Penyakit ini bisa jadi penyebab diabetes melitus karena tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin yang cukup.

Faktor yang Meningkatkan Resiko Diabetes

Selama ini banyak orang mengira penyebab utama penyakit diabetes yaitu kebanyakan mengonsumsi gula. Faktanya, berikut sejumlah faktor yang membuat kamu justru lebih rentan mengalami penyakit kritis ini.

1. Sering Mengonsumsi Makanan Tinggi Gula

Banyak orang tidak menyadari berapa banyak gula yang dapat dikonsumsi dalam bentuk cair dan seberapa cepat itu dapat meningkatkan gula darahmu. Jus dan soda digunakan untuk mengobati orang yang memiliki masalah gula darah rendah karena kedua jenis minuman itu bisa cepat menaikkan gula darah. Itu bagus jika gula darahmu rendah. Namun, jika kadar gula darahmu tinggi, konsumsinya justru bisa membahayakan.

Dalam satu kaleng minuman ringan, disebutkan bahwa terdapat sekitar 30 gram gula atau setara dengan sembilan sendok teh gula. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Diabetes Association menunjukkan bahwa risiko diabetes melitus meningkat sebanyak 26 persen pada mereka yang mengonsumsi 1–2 minuman ringan per hari.

2. Malas Gerak atau Jarang Olahraga

Ancaman penyakit diabetes semakin meningkat seiring perkembangan zaman. Diabetes bukan lagi penyakit yang hanya menyerang orang dewasa atau ‘pemberian’ yang diturunkan melalui genetik, melainkan bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Penyebab utama meningkatnya pengidap diabetes adalah gaya hidup tidak sehat, salah satunya mager atau malas gerak dan jarang olahraga. Padahal manfaat olahraga secara rutin ada banyak, khususnya mencegah penyakit diabetes ini.

Kondisi tubuh yang kurang gerak namun terbiasa mengkonsumsi makanan manis dan tinggi kalori akan membuat ketidakseimbangan dalam tubuh. Asupan makanan tidak akan terolah sempurna menjadi energi dan sisa makanan yang tidak terpakai akhirnya akan disimpan menjadi menjadi tumpukan lemak. Jika hal ini berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kegemukan atau obesitas. 

3. Kelebihan Berat Badan

Kelebihan berat badan menyebabkan peningkatan kadar asam lemak dan peradangan, yang menyebabkan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2, yang dikenal sebagai diabetes yang tidak tergantung insulin, adalah bentuk diabetes yang paling umum dan menyumbang sekitar 90 persen dari kasus diabetes.

Hidup dengan obesitas dan diabetes tipe 2 bukan tanpa risiko, tetapi ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan. Mengelola diabetes termasuk makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, mengurangi stres, mempertahankan gaya hidup sehat, dan dengan pengobatan sesuai klinis dokter.

Namun beberapa pasien yang sudah melakukan pedoman klinis dan melakukan kendali glikemik dengan benar, mereka seringkali tidak mampu menurunkan nilai HbA1c hingga mencapai target. GLP-1 RA digunakan sekali dalam seminggu untuk membantu pasien mencapai target gula darah mereka.

Kontrol gula darah diperlukan karena orang obesitas yang terkena diabetes juga berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Tak hanya itu diabetes juga dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis.

Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika pembuluh darah rusak, otomatis ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik. Banyak orang dengan diabetes juga mengalami tekanan darah tinggi, yang juga dapat merusak ginjal.

Sementara diabetes tipe 2 dapat diobati, sebagian besar dapat dicegah. Perubahan gaya hidup dan sedikit penurunan berat badan dapat membantu mengurangi risiko terkena diabetes hingga 40-60%.

4. Penggunaan obat-obatan tertentu

Obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan mungkin dapat memengaruhi kadar gula dalam darah. Lama-kelamaan, hal ini bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko diabetes melitus. Apalagi jika kamu memiliki riwayat diabetes atau sudah terkena diabetes.

Mengacu UIC Center on Psychiatric Disability and Co-Occurring Medical Conditions, beberapa jenis obat yang menjadi penyebab meningkatnya risiko diabetes yakni:

  • steroid,
  • statin,
  • obat diuretik (khususnya diuretik thiazide),
  • beta-blocker,
  • pentamidine,
  • protease inhibitor, dan
  • beberapa obat tanpa resep dalam bentuk sirup dan mengandung banyak gula.

Jika kamu sedang menggunakan salah satu atau beberapa obat yang meningkatkan kadar gula darah ini, jangan lupa berkonsultasi rutin kepada dokter. untuk mengetahui seberapa besar risiko dan manfaatnya.

5. Konsumsi garam berlebihan

Tidak hanya makanan manis dan tinggi gula, konsumsi makanan tinggi garam juga bisa menjadi penyebab diabetes melitus. Asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Begitu kamu mengalami obesitas dan hipertensi, risiko penyakit kronis seperti diabetes melitus juga akan bertambah besar.

Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Swedia dan Finlandia mendukung teori tersebut. Setiap 1.000 mg tambahan natrium di luar batas aman konsumsi garam ternyata meningkatkan risiko diabetes sebesar 43 persen. Maka dari itu, usahakan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 5 gram atau satu sendok teh garam per hari. Ikuti juga pola makan sehat dengan menu makanan untuk diabetes.

Gaya hidup, kebiasaan, dan pola makan sehari-hari dapat menjadi penyebab diabetes melitus. Meski begitu, perlu diingat bahwa bila kamu memiliki salah satu faktor risiko di atas, bukan berarti kamu sudah pasti akan mengalami diabetes.

Kamu bisa mengurangi risiko atau bahkan mencegah diabetes dengan menjalani pola makan yang sehat dan lebih banyak beraktivitas. Jika kamu memiliki penyakit yang bisa meningkatkan risiko diabetes, kamu pun dapat berkonsultasi kepada dokter.

Gejala Diabetes

Selain melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, kamu juga perlu mengenali gejala diabetes mellitus sejak dini, antara lain:;

  • Haus yang Berlebihan

Gejala diabetes awal dikenal dengan istilah polydipsia. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes merasakan haus berlebihan. Tak jarang penderita akan merasa kering di area dalam mulut. Gejala ini disebabkan oleh kadar gula berlebih dalam darah yang sering menyerap air dari jaringan sehingga bisa menyebabkan dehidrasi.

Sebenarnya tidak semua gejala ini menandakan seseorang menderita diabetes. Contohnya orang yang sering beraktivitas atau tinggal di iklim yang panas akan merasa mudah haus. Hanya saja kamu perlu mewaspadai gejala ini ketika kamu tetap merasa haus meskipun telah banyak minum.

  • Mengalami Penurunan Berat Badan yang Drastis

Berat badan dianggap turun drastis ketika penurunannya lebih dari 5% dari berat badan total bahkan tanpa melakukan diet. Penurunan drastis ini dianggap sebagai salah satu gejala diabetes mellitus yang perlu diwaspadai. Umumnya tubuh menggunakan glukosa atau glikogen sebagai sumber energi.

Hanya saja, karena insulin tidak mampu memproses perubahan glukosa menjadi energi, tubuh secara otomatis mencari sumber lain yaitu protein. Pemecahan otot dan lemak akan terjadi ketika tubuh menggunakan protein sebagai sumber energi. Akibatnya tubuh pun akan mengalami penurunan berat badan.

Bahkan kondisi ini bisa menyebabkan penderita diabetes menjadi kurus. Jadi, jika kamu merasa terjadi penurunan berat badan secara drastis padahal tidak melakukan diet, bisa jadi kamu memiliki gejala diabetes yang perlu diwaspadai.

  • Sering Buang Air Kecil

Banyak minum artinya kamu akan sering buang air kecil. Kondisi buang air kecil lebih sering dengan volume air seni yang tidak normal disebut poliuria. Normalnya orang dewasa mengekskresikan satu hingga dua liter air seni per harinya.

Jika kamu lebih sering buang air kecil dari biasanya, terlebih di malam hari, jangan remehkan kondisi ini. Ingat ya, terlalu sering buang air kecil bisa menyebabkan dehidrasi parah dan berpengaruh pada fungsi ginjal.

  • Cepat Lapar

Kondisi di mana seseorang merasa cepat lapar bisa menjadi salah satu dari gejala diabetes. Ini disebut juga polyphagia. Polyphagia disebabkan oleh kurangnya produksi insulin untuk memasukan gula pada sel. Akibatnya organ tubuh melemah sehingga tubuh mudah kehabisan energi.

Otak menangkap kondisi kekurangan energi ini disebabkan oleh kurang makan dan menganggap tubuh memerlukan asupan makanan. Akhirnya otak pun akan sering mengirim sinyal lapar sehingga kamu menjadi mudah lapar.

  • Kulit Menggelap

Jika kamu menderita diabetes tipe 2, kulit akan menjadi lembek, memiliki bercak gelap, dan lipatan di badannya. Kulit dengan bercak gelap karena gejala diabetes disebut acanthosis nigricans. Umumnya bercak hitam dan lipatan tersebut terdapat di daerah sekitar leher dan ketiak. Ini juga menandakan adanya gangguan insulin.

  • Penyembuhan Luka yang Lama

Ketika seseorang menderita diabetes tipe 2, tubuh akan mengalami pemulihan luka yang lama dan kesulitan dalam melawan infeksi. Luka yang membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu untuk pulih berisiko terkena infeksi sehingga perlu mendapat pertolongan medis. Jadi, bila memiliki gejala ini, kamu perlu waspada akan pemicu penyakit di baliknya termasuk diabetes.

Penyakit diabetes tipe 2 atau diabetes mellitus berkaitan erat dengan gaya hidup. kamu bisa terhindar dari penyakit ini bila menjalankan gaya hidup sehat. Rutin berolahraga dan memberikan tubuh asupan penuh nutrisi sebagai bagian dari gaya hidup sehatmu.

Komplikasi Diabetes yang Sering Terjadi

Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:

  • Penyakit jantung
  • Stroke
  • Gagal ginjal kronis
  • Neuropati diabetik
  • Gangguan penglihatan
  • Katarak
  • Depresi
  • Demensia
  • Gangguan pendengaran
  • Frozen shoulder
  • Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
  • Kerusakan kulit atau gangrene akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri pemakan daging

Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:

  • Kelebihan berat badan saat lahir.
  • Kelahiran prematur.
  • Gula darah rendah (hipoglikemia).
  • Keguguran.
  • Penyakit kuning.
  • Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.

Pengobatan Diabetes

Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pilihan makanan untuk penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar diperhatikan.

Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan keluarganya dapat melakukan konsultasi gizi dan pola makan dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.

Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.

Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.

Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.

Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan.

Dokter juga dapat menyertai obat-obatan di atas dengan pemberian suplemen atau vitamin untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes yang sering mengalami gejala kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.

Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-vitamin tersebut bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini sangat penting untuk dijaga pada pasien diabetes tipe 2 untuk menghindari komplikasi neuropati diabetik yang cukup sering terjadi.

Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir.

Tak hanya itu, dalam penanganan diabetes, para ahli kesehatan menggunakan istilah “5 Pilar” yang mencakup:

  • Edukasi

Edukasi yang dilakukan mencakup pemberian informasi mengenai perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar penderita diabetes merasa termotivasi serta mendapatkan informasi mengenai perilaku hidup sehat. Informasi tersebut mencakup pemantauan gula darah mandiri, tanda dan gejala dari komplikasi yang dapat timbul, serta cara mengatasinya.

  • Pengaturan pola makan

Terapi ini dapat disesuaikan untuk setiap penderita diabetes, seusai kebutuhan masing-masing. Namun, hal-hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya keteraturan dalam pola makan termasuk jadwal makan, jenis makanan, serta jumlahnya.

Bila penderita diabetes berkonsultasi dengan dokter, juga dapat dilakukan perhitungan berat badan ideal, asupan kalori yang disarankan setiap harinya, serta proporsi dari lemak, protein, dan karbohidrat yang dapat dikonsumsi.

  • Olahraga

Penderita diabetes disarankan berolahraga secara teratur, setidaknya 3–4 kali seminggu selama minimal 30 menit. Selain menjaga kesehatan, olahraga juga dapat membantu menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga memperbaiki kendali glukosa darah.

Jenis-jenis olahraga yang disarankan adalah aktivitas aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda, berlari, maupun berenang.

  • Obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita diabetes dapat mencakup obat minum (oral) atau suntik. Untuk diabetes tipe 1, pengobatan dapat berupa insulin yang diberikan melalui suntikan.

Untuk diabetes tipe 2, terdapat beberapa golongan obat oral yang dapat diberikan sesuai indikasi oleh dokter. Namun, pada kasus-kasus tertentu, insulin suntik juga dapat diberikan untuk diabetes tipe 2.

  • Pemantauan gula darah mandiri

Saat ini, banyak tersedia alat pengukur kadar gula darah yang mudah dipakai. Hasil yang didapat umumnya dapat dipercaya bila kalibrasi dari alat dilakukan dengan baik dan pemeriksaan dilakukan sesuai cara yang dianjurkan. Waktu yang dianjurkan untuk pemantauan gula darah mandiri adalah sesaat sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang tidur, atau ketika mengalami gejala-gejala tertentu.

Pencegahan Diabetes

Penyakit diabetes tipe 1 sangat sulit untuk dicegah karena berhubungan erat dengan faktor genetik dan kondisi autoimun. Namun, untungnya diabetes tipe 2 masih dapat dicegah. Cara mencegah penyakit kencing manis bisa dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti:

  • Miliki berat badan ideal

Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama dari diabetes tipe 2. Menjalani diet (pola makan) rendah kalori dan lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik untuk mencegah diabetes.

  • Banyak mengonsumsi buah dan sayur

Dengan makan sayur dan buah-buahan segar setiap hari, kamu dapat mengurangi risiko terjangkit penyakit kencing manis.

  • Mengurangi konsumsi gula

Untuk menjaga kadar gula darah normal, kamu harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan berarti kamu jadi antigula. Kamu bisa mengganti gula pasir dengan pemanis rendah gula dan mengontrol asupan kalori sehari-hari.

  • Aktif berolahraga

Usahakan berolahraga minimal 30 menit sehari 3-5 kali seminggu untuk memaksimalkan pencapaian target berat badan ideal.

Selain keempat cara di atas, kamu mungkin juga bisa rutin periksa ke dokter atau melakukan cek gula darah sendiri di rumah apabila memiliki faktor-faktor yang membuat kamu berisiko. Dengan begitu, kamu bisa lebih cepat mendeteksi dan mengantisipasi kencing manis.

Selain itu, kamu juga perlu menyediakan asuransi sebagai jaminan kesehatanmu. Sebab, jika kamu harus berobat karena penyakit diabetes ini, biaya yang dikeluarkan tak sedikit. Oleh karena itu, kamu bisa memilih asuransi sesuai dengan kebutuhanmu. Ada beragam pilihan asuransi di Qoala Apps atau Blog Qoala yang bisa kamu miliki dengan mudah.