Bagi mereka yang sudah berkecimpung di dunia investasi, tentu sudah tak asing lagi dengan istilah NAB reksadana. NAB itu sendiri merupakan singkatan dari Nilai Aktiva Bersih yang menjadi salah satu faktor penting dalam produk reksadana. Selain itu, nilai NAB dalam reksadana bisa dijadikan salah satu pertimbangan dalam menilai kinerja manajer investasi.

Jadi, saat kamu ingin menanamkan modal di salah satu jenis reksadana kamu perlu melihat nilai NAB dari produk reksadana tersebut. Namun perlu diketahui kalau NAB bukan harga dari reksadana melainkan menunjukan berapa besar nilai aset yang dikelola dalam reksadana.

Oleh karena itu, untuk memahami lebih lanjut mengenai cara menghitung NAB reksadana simak ulasan lengkap dari Qoala di bawah ini, termasuk cara menghitung.

Apa Itu NAB Reksadana?

Apa Itu NAB Reksadana
Sumber foto: KUMOHD Via Shutterstock

Saat berinvestasi di reksa dana, kamu pasti sering mendengar istilah Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB pada dasarnya adalah nilai aset suatu reksa dana dikurangi nilai kewajiban (liability) dibagi dengan jumlah unit reksa dana. Dengan kata lain, NAB adalah nilai bersih setiap unit reksa dana. Ketika kamu ingin membeli unit reksadana, harga yang harus dibayar untuk setiap unit adalah NAB. Jadi, kamu harus memiliki pemahaman yang baik tentang apa itu NAB.

Sebelum membahas NAB lebih jauh, kamu perlu tahu dari mana skema reksa dana berasal. Awalnya, perusahaan aset manajemen meluncurkan penawaran dana baru atau yang disebut New Fund Offering (NFO). Dana baru ini memiliki tujuan invest dalam instrumen tertentu – seperti ekuitas, utang, saham kapitalisasi besar atau kecil, saham sektoral – tergantung pada rencana investasi. Perusahaan aset manajemen lalu memasarkan dana tersebut, mengundang investor untuk berinvestasi. Kemudian, setelah perusahaan mengumpulkan dana dari para investor, dana tersebut digunakan untuk diinvestasikan sesuai dengan tujuan investasi.

Lalu, bagaimana angka NAB muncul? Setelah dana yang dikumpulkan diinvestasikan ke dalam, katakanlah, saham, NAB skema reksa dana akan muncul. NAB adalah harga pasar saham pada skema reksa dana dikurangi biaya administrasi (rasio pengeluaran). Karena harga saham mengalami perubahan setiap saat, NAB reksa juga ikut berubah. Kemudian, investor dapat mengukur keuntungan atau kerugian investasi dengan membandingkan NAB reksa dana saat ini dengan NAB awal ketika membeli unit reksa dana.

Sebagai contoh, kamu berinvestasi pada sebuah unit reksa dana sebesar Rp.100.000,00 (NAB). Kemudian dalam jangka waktu enam bulan, unit reksadanamu meningkat ke angka Rp. 120.000,00. Ini berarti, reksadana milikmu mengalami peningkatan sebanyak 20 persen pada periode tersebut.

Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Dalam memahami cara kerja reksadana secara sederhana, investor membeli reksadana yang berisikan efek-efek di pasar modal. Uang investor tersebut lantas “dibelanjakan” ke sejumlah efek yang menjadi komposisi portofolio reksadana.

Hasil kinerja reksadana secara harian atau NAB adalah patokan kamu buat mempertimbangkannya. Manajer investasi bakal menampilkan Nilai Aktiva Bersih ini di situs resmi mereka atau platform Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) secara berkala.

Setelah memahami soal NAB dalam reksa dana, kamu mungkin perlu disegarkan kembali soal berbagai jenis produk reksa dana yang tersedia di Indonesia. Berikut adalah jenis produk reksa dana dan karakteristiknya masing-masing.

  1. Reksa Dana Saham

Manajer Investasi akan menempatkan investasi para investornya untuk pembelian saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Keuntungan didapatkan pada saat terjadi kenaikan harga saham yang telah dibeli tersebut.

Dibandingkan yang lainnya, reksa dana saham memiliki keuntungan (return) yang paling tinggi. Sekaligus juga resiko yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan pasar saham merupakan instrumen investasi yang bergejolak. Saham bisa naik atau turun dengan tajam dalam periode singkat. Biasanya yang menanamkan modalnya pada investasi saham, adalah seorang investor yang berani mengambil resiko (risk taker).

  1. Reksa Dana Campuran

Sesuai dengan namanya, Manajer Investasi akan mengalokasikan dana investor pada berbagai macam efek. Di antaranya adalah saham (ekuitas), surat utang (obligasi) dan pasar uang (deposito).

Jenis investasi ini sangat sesuai buat kamu yang baru saja hendak mencoba berinvestasi. Alokasi dana dikombinasikan pada ketiga jenis efek. Dimana masing-masing dialokasikan tidak boleh lebih dari 79%.

Keunggulan investasi ini adalah resiko investasi yang tersebar, karena penganekaragaman (diversifikasi) instrumen aset. Pada saat salah satu instrumen mengalami penurunan, bisa jadi instrumen lainnya mengalami keuntungan dengan nilai lebih tinggi.

  1. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Ditinjau dari jenis resikonya, reksa dana pendapatan tetap merupakan investasi berisiko menengah. Investasi ini dapat memberikan tingkat pengembalian lebih tinggi dari bunga deposito pada umumnya.

Dana investor diinvestasikan setidaknya 80% aset berupa surat utang (obligasi). Tujuan dari reksa dana pendapatan tetap adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih stabil. Dengan aset berupa obligasi, maka keuntungan bisa didapatkan secara rutin berupa kupon.

Walaupun memiliki resiko lebih besar dari pasar uang, tetapi tingkat risiko relatif lebih rendah dibandingkan pasar saham. Investasi pendapatan tetap lebih cocok digunakan untuk jangka pendek menengah antara 1 hingga 3 tahun.

  1. Reksa Dana Pasar Uang

Jika dibandingkan dengan yang lain, ini adalah jenis investasi dengan resiko paling kecil. Sehingga bisa dianggap investasi paling aman. Keuntungan diperoleh dengan penempatan dana pada instrumen pasar uang yang telah dipilih secara selektif.

Pasar uang memiliki likuiditas tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan dana tunai dalam waktu singkat. Investasi jenis pasar uang merupakan investasi jangka pendek paling aman dan menguntungkan. Namun demikian, reksa dana pasar uang kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang, seperti 5 tahun ke atas.

Cara Kerja NAB Reksadana

Cara kerja NAB reksadana cukup mudah sebenarnya. Investor hanya perlu melihat unit penjualan setiap produk reksadana dan NAB. Biasanya, produk reksadana dijual berbentuk satuan unit. Investor kemudian akan membeli produk reksadana per unit dari NAB.

Misalnya, modal yang ditanamkan sebesar Rp750.000 dan harga NAB reksadana campuran di sebuah manajer investasi sebesar Rp1.750. Maka, unit yang dari dimiliki produk reksadana itu adalah sekitar 428,57 unit. Sesuai dengan rumusnya, cara kerja ini dinamakan NAB/UP. Jadi, kalau ingin mengetahui berapa unit yang akan dimiliki, kamu hanya perlu melihat namanya, tidak lagi harus menghafal rumusnya.

Untuk memahami NAB/UP, perlu dipahami pengertian dari setiap istilah secara terpisah. Singkatnya, NAB adalah harga dari produk reksadana yang sudah bersih dan UP atau unit penyertaan merupakan jumlah unit atau produk yang dimiliki investor. Maka, NAB/UP adalah harga wajar dari sebuah portofolio reksadana yang sudah bersih dibagi jumlah UP yang dimiliki investor saat itu.

Perlu kamu ketahui, setiap harinya NAB/UP ini akan berubah nilainya sesuai dengan kondisi transaksi para investor.

Peran NAB Reksadana

Tak sedikit investor melihat kinerja reksadana dari NAB/UP, padahal peranan NAB/UP dalam reksadana tidak bisa dijadikan acuan penilaian bagus atau tidaknya reksadana tersebut. Oleh karena itu, sebagai investor kamu perlu mengetahui bahwa kinerja reksadana dapat dilihat dari riwayat keuntungan yang dihasilkan.

Pada dasarnya, NAB/UP tidak mempengaruhi pilihan investasi reksadana soalnya NAB/UP hanya memberitahukan bagaimana aset dasar dihitung. Jadi, dalam memilih jenis reksadana nilai NAB/UP yang rendah tidak menjadikan dana investasi yang lebih baik atau sebaliknya.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa dalam memilih investasi reksadana kamu harus mengenali masing-masing jenis reksadana agar kamu dapat mengetahui potensi imbal hasil serta resiko yang harus kamu tanggung. Selain itu kamu juga harus memilih instrumen reksadana yang sesuai dengan profil risiko kamu.

Cara Menghitung NAB Reksadana

Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa keuangan (OJK), pada hari pertama penawaran umum (initial public offering/IPO) sebuah reksadana, NAB/UP ditetapkan Rp1.000 — ini sesuai regulasi yang berlaku. Selanjutnya, perhitungan NAB/UP akan berubah sesuai dengan pergerakan nilainya di pasar instrumen investasi.

Secara sederhana, cara menghitung NAB reksadana dengan menjumlahkan total aktiva bersih keseluruhan dana (Asset Under Management/AUM) dalam reksadana kemudian dibagi dengan jumlah total unit yang beredar.

Total aktiva bersih sendiri berasal dari nilai pasar setiap jenis aset investasi seperti saham, obligasi, surat berharga pasar uang, serta deposito; ditambah dividen saham dan kupon obligasi, kemudian dikurangi biaya operasional reksadana seperti biaya MI, biaya bank kustodian, dan lain-lain.

Oleh karena itu, disebut dengan ‘aktiva bersih’ dan menyebabkan pergerakan NAB/UP reksadana mengalami perubahan setiap harinya akibat pergerakan pasar instrumen investasi yang menjadi portofolio reksadana. Lalu, bagaimana dengan perhitungan NAB/UP terhadap investasi reksadana yang kita lakukan?

Untuk memahami cara menghitung NAB terhadap investasi reksadana tersebut, mari kita ilustrasikan pada contoh berikut ini. Misalnya kita ingin berinvestasi pada reksadana di marketplace investasi Bareksa yang saat ini fee (biaya) pembelian dan penjualan reksadana dikenakan sebesar 0 persen alias tidak ada biaya transaksi.

Sebagai contoh kita memilih reksadana perusahaan X, salah satu produk reksadana saham kelolaan perusahaan tersebut kini berganti nama menjadi perusahaan Y untuk menanamkan modal Rp 5 juta dengan NAB per unit Rp1.594,26 (per tanggal 24 Juli 2022).

Jumlah unit penyertaan reksadana yang akan kita miliki ditetapkan setelah dana Rp 5 juta tersebut dikurangi fee (biaya) yang ditetapkan oleh manajer investasi, lalu dibagi dengan NAB per unit reksadana.

Dengan fee reksadana perusahaan Y yang sebesar 0 persen, maka nilai investasi bersih kita adalah Rp5 juta. sehingga kita dapat memiliki unit penyertaan reksadana sebanyak Rp 5 juta dibagi Rp1.594,26, yakni 3136,25 unit penyertaan reksadana.

Selanjutnya, sebulan kemudian, katakanlah misalnya NAB reksadana perusahaan Y naik menjadi Rp2.000 per unit. Alhasil, dana investasi kita telah bertumbuh 25,5 persen.

Jika kita ingin menjualnya di harga Rp2.000/UP, maka kita akan mendapatkan dana sebesar harga NAB per Unit tersebut dikalikan dengan jumlah unit penyertaan milikmu, yakni 3136,25, menjadi senilai Rp7.740.480

Akan tetapi, hasil tersebut masih harus dikurangi lagi dengan fee penjualan (jika diberlakukan). Jadi, jika biaya penjualan reksadana perusahaan Y sebesar 0 persen, maka nilai bersih hasil penjualan reksadana milikmu sekitar Rp7.740.480

Dalam hal ini, besar kecilnya NAB reksadana tidak menunjukkan murah atau mahalnya reksadana melainkan hanya menjadi acuan harga ketika kita ingin membeli dan menjual reksadana. Tingginya NAB suatu reksadana disebabkan aset-aset dalam portofolio reksadana tersebut telah mengalami kenaikan.

Sehingga pada umumnya, NAB reksadana yang baru melakukan penawaran umum lebih kecil dibandingkan dengan NAB reksadana yang sudah lebih lama terbit.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Cara Menghitung Keuntungan atau Kerugian NAB Reksadana

Kamu bisa menghitung keuntungan maupun kerugian investasimu dengan melihat pertumbuhan NAB kamu. Sebagai contoh, kamu membeli produk reksa dana C pada tanggal 5 Oktober 2020 dengan dana sebesar Rp5.000.000,- dengan harga NAB/UP Rp1.000,-/unit, dan tidak ada biaya pembelian (subscription fee). Artinya, pada saat itu, kamu mendapat 5.000 unit reksa dana C.

Pada 10 Januari 2021, kamu berencana untuk menjual reksa dana C. Saat itu, NAB/UP dari reksa dana C Rp1.100,-/unit dan unit reksa dana C yang kamu miliki sebanyak 5.000 unit. Biaya penjualan dari reksa dana kamu (redemption fee) 0%. Maka, hasil penjualan reksa danamu dapat kita hitung sebagai berikut.

Rumus Menghitung Penjualan Reksa Dana

((Jumlah Unit x NAB/ Unit) – Biaya Penjualan))

Nilai Investasimu 10 Januari 2021 = 5.000 X Rp1.100,- = Rp5.500.000,-

Biaya Penjualan = 0% x Rp5.500.000,- = Rp0,-

Jadi total nilai investasimu 10 Januari 2021 = Rp5.500.000 – Rp0 = Rp5.5 juta

Jika kamu ingin mengetahui berapa keuntungan dari investasi kamu, maka:

Keuntungan investasi = (Nilai Investasi Terakhir – Modal Investasi)

Rp5.500.000 – Rp5.000.000 = Rp500.000,-

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai aktiva bersih reksa dana C yang kamu miliki sudah mengalami pertumbuhan sebesar 10% sejak tanggal 5 Oktober 2020.

Faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana

Faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana
Sumber foto: LookerStudio Via Shutterstock

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya harga NAB/UP dalam investasi reksadana. Apa saja? Berikut di antaranya:

  1. Peningkatan dana kelolaan

Jumlah dana kelolaan diperoleh dari dana yang ditanamkan oleh para investor. Jadi, jika jumlah dana kelolaan semakin besar maka akan mempengaruhi nilai NAB/UP. Dengan begitu disimpulkan semakin besar dana kelolaan maka semakin tinggi pula harga NAB/UP di produk reksadana tersebut. Dana kelolaan itu sendiri didapatkan dari banyaknya investor yang menanamkan modal.

  1. Perubahan Nilai Pasar Wajar (NPW)

Seperti yang dilansir dari situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perubahan dana kelolaan juga dipengaruhi oleh Nilai Pasar Wajar (NPW). NPW adalah nilai yang diperoleh dari transaksi efek yang dilakukan oleh pihak secara bebas tanpa paksaan atau likuiditas.

Umumnya NPW diatur oleh Lembaga Penilaian Harga Efek (LPHE). LPHE merupakan perusahaan yang sudah mendapatkan izin usaha dari BAPEPAM dan LK yang bertugas untuk melakukan penilaian terhadap harga efek.

Sementara itu LPHE menentukan harga pasar wajar berdasarkan nilai transaksi dari produk investasi. Karena itu, NPW mengalami perubahan setiap harinya.

  1. Suku bunga Bank Indonesia

Faktor lainnya yang mempengaruhi NAB reksadana adalah suku bunga Bank Indonesia, suku bunga Bank Indonesia atau BI rate adalah suku bunga yang mencerminkan kebijakan moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Oleh karena itu, apabila suku bunga Bank Indonesia dinaikan maka investor akan memilih menarik dananya untuk mengalihkan ke instrumen investasi yang memberikan keuntungan lebih. Hal tersebut membuat NAB reksadana mengalami fluktuatif harga, dan keuntungan yang diberikan mengalami penurunan.

Faktor Keuntungan NAB Reksadana:

Diversifikasi Portofolio: NAB reksadana mencerminkan nilai keseluruhan aset di dalam portofolio reksadana. Keuntungannya adalah investor dapat menikmati diversifikasi yang baik karena dana diinvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan pasar uang.

Liquidity yang Tinggi: Reksadana umumnya memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena investor dapat membeli atau menjual unit reksadana setiap hari sesuai dengan nilai NAB yang berlaku. Hal ini memberikan fleksibilitas kepada investor untuk mengakses dan mengelola investasinya.

Manajemen Profesional: NAB dikelola oleh perusahaan manajer investasi yang profesional dan berpengalaman. Keuntungan ini memberikan kepercayaan kepada investor bahwa aset mereka dikelola dengan baik dan berpotensi mendapatkan hasil yang optimal.

Investasi Terjangkau: Sebagian besar reksadana memungkinkan investor untuk memulai investasi dengan nominal yang relatif kecil, membuatnya terjangkau bagi banyak orang. Ini membuka akses lebih luas terhadap pasar keuangan bagi investor dengan modal terbatas.

Faktor Kerugian NAB Reksadana:

Risiko Pasar: Meskipun diversifikasi dapat mengurangi risiko, reksadana tetap terpengaruh oleh perubahan pasar. Nilai NAB dapat naik atau turun tergantung pada kinerja instrumen keuangan yang ada di dalam portofolio.

Biaya Manajemen: Reksadana biasanya mengenakan biaya manajemen untuk jasa pengelolaan dan administrasi. Meskipun biaya ini dapat membebani investor, namun sebagian besar biaya tersebut diperhitungkan dalam NAB, sehingga mungkin tidak selalu terlihat secara langsung.

Pasar Tertutup: Beberapa reksadana dapat memiliki jadwal penjualan tertutup, di mana investor tidak dapat membeli atau menjual unit reksadana selama periode tertentu. Hal ini dapat menjadi kendala bagi investor yang ingin mengelola investasinya secara lebih aktif.

Ketergantungan pada Kinerja Manajer Investasi: Kinerja reksadana sangat tergantung pada keahlian manajer investasi. Jika manajer investasi tidak dapat mengelola portofolio dengan baik, hal ini dapat berdampak negatif pada nilai NAB reksadana.

Investasi reksadana memang terkesan cukup sulit bagi para investor pemula. Banyak istilah yang tidak dimengerti, terutama ketika mulai memilih manajemen investasi dan membangun portofolio. Istilah NAB atau NAB/UP bermunculan banyak dan membuat kamu bertanya-tanya.

Namun, setelah memahami pengertian, peran, faktor penyebab, bahkan sampai cara menghitung NAB reksadana, investasi menjadi lebih mudah dan lebih asik. Dengan begitu, kamu dapat lebih cepat memilih produk reksadana terbaik yang diinginkan beserta dengan manajemen investasi yang paling cocok untukmu.

Selain itu, penting juga untuk kamu memiliki asuransi sebagai bentuk investasi masa depan. Sebab, asuransi juga bisa membantumu untuk mengatur keuangan dan terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Agar mudah dan bisa memilih sesuai dengan kebutuhan, kamu bisa cari tahu lebih lanjut terkait melalui Qoala Apps ataupun Blog Qoala.